close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga melintasi Pasar Tambruni yang dibakar massa saat melakukan aksi di Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat. Antara Foto
icon caption
Warga melintasi Pasar Tambruni yang dibakar massa saat melakukan aksi di Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat. Antara Foto
Nasional
Rabu, 21 Agustus 2019 17:38

Kronologi bendera OPM dibentangkan saat aksi massa di Fakfak

Ada pihak yang memanfaatkan situasi dari kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Fakfak.
swipe

Aksi massa memprotes tindakan rasisme yang menimpa mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, terus berlanjut. Kali ini di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Aksi tersebut sempat diwarnai kericuhan. Namun, situasi berangsur-angsur kembali normal dan terkendali. 

Kapolres Fakfak, AKBP Deddy Foures Millewa, membenarkan kericuhan terjadi di wilayah hukumnya. Saat kerusuhan pecah, ada satu kelompok provokator yang memanfaatkan situasi. Kelompok tersebut, kata Foures, adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM). Itu terlihat dari simbol yang dibentangkan oleh mereka adalah bendera bintang kejora milik OPM.

Foures menjelaskan, kronologi dibentangkannya bendera bintang kejora milik OPM tersebut. Berawal dari adanya orasi dari salah satu peserta unjuk rasa. Dari orasi tersebut, tindakan massa bergeser ke arah anarkis. Saat itulah salah satu kelompok membentangkan bendera bintang kejora. Sempat terjadi bentrok saat pengibaran bendera OPM tersebut. 

“Setelah ada orasi demo yang kita terima, kemudian bergeser ke arah anarkis. Lalu dibentangkanlah bendera bintang kejora. Akhirnya ada bentrok dua kubu, pihak OPM dengan kelompok massa yang memegang bendera merah putih,” kata Foures saat dihubungi dari Jakarta pada Rabu, (21/8).

Lebih lanjut, kata Foures, massa aksi awalnya hendak mengarah ke Jalan Bandara untuk membakar Bandara Torea, Fakfak. Namun, rencana tersebut batal. Aparat keamanan yang berjaga berhasil mencegah massa aksi. Karena itu, massa memilih balik kanan dan membakar Pasar Tambaruni. 

“Mereka juga awalnya membentangkan bendera di depan kantor dewan adat. Kemudian mereka tersinggung karena permintaan Pak Bupati memegang bendera tidak dilakukan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, mengatakan kericuhan yang terjadi di Kabupaten Fakfak memang dimanfaatkan sekelompok orang dari organisasi tertentu. Membawa atribut bendera, kelompok ini menjadi provokator kericuhan yang terjadi di Kabupaten Fakfak.

“Situasi keamanan di Fakfak sudah berangsur normal kembali. Polisi pun masih mendalami sekelompok orang yang menjadi provokator kericuhan itu,” kata Dedi.

Untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan susulan, Dedi menambahkan, pihak kepolisian telah menerjunkan pasukan Brigade Mobil atau Brimob dari berbagai daerah, salah satunya Kalimantan Timur. Pasukan Brimob tersebut yang semula ditugaskan mengamankan Manokwari dan Sorong, belakangan digeser ke wilayah Fakfak. 

“Penebalan pasukan itu dimaksudkan untuk menjamin situasi kemanan di Fakfak setelah sempat terjadi kericuhan sejak pagi tadi. Satu satuan setingkat kompi (SSK) brimob dikerahkan lagi ke Fakfak,” ujar Dedi.

img
Ayu mumpuni
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan