Kualitas udara di Jakarta terpantau mengalami perbaikan pada Senin (5/8) setelah terjadi pemadaman listrik lebih dari enam jam. Seperti diketahui, listrik di Jakarta padam sejak pukul 11.50 WIB pada Minggu (4/8).
Diakses hari ini pada pukul 07.30 WIB, situs AirVisual.com menunjukkan Kota Jakarta menempati peringkat 19 dunia dilihat dari aspek kualitas udara. AirVisual mencatat kualitas udara rata-rata Jakarta termasuk kategori sedang menurut US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara di angka 79, setara dengan parameter PM2.5 dengan konsentrasi 25.5 µg/m³.
Namun terdapat tiga wilayah dari pemantauan AirVisual yang memiliki kualitas udara terburuk. Pertama, di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur yang memiliki kualitas udara terburuk, dengan indeks kualitas udara di angka 165, setara dengan parameter PM2.5 dengan konsentrasi 83,2 µg/m³.
Lalu, disusul kawasan Kemayoran Jakarta Pusat dengan tingkat indeks kualitas udara di angka 156, setara dengan parameter PM2.5 dengan konsentrasi 65 µg/m³. Terakhir, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)-GBK Jakarta Selatan, memiliki tingkat indeks kualitas udara di angka 153, setara dengan parameter PM2.5 dengan konsentrasi 59 µg/m³.
Sebelumnya pada Minggu (4/8) pagi, data dari laman resmi AirVisual menunjukkan kualitas udara di Ibu Kota Jakarta berstatus tidak sehat. Jakarta menempati posisi kedua sebagai kota yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia dengan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara di angka 152 atau setara parameter PM2.5 dengan konsentrasi polutan 57.5 µg/m³.
Meski naik di siang hari menjadi 160 dengan parameter PM2.5 konsentrasi 73.5 ug/m3, peringkat Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk perlahan turun menempati posisi keempat.
Adapun di posisi pertama ditempati Tashkent (Uzbekistan) dengan kualitas udara paling buruk, yakni 299 atau masuk dalam kategori sangat tidak sehat dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 249 ug/m3. Lalu Santiago (Chilei) berada diposisi kedua atau berada dikategori sangat tidak sehat dengan angka 229 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 178 ug/m3.
Di posisi ketiga ditempati Dubai (Persatuan Emirat Arab/UEA) dengan kategori tidak sehat di angka 167 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 86.4 ug/m3. Kemudian kelima yakni Delhi (India) berada di angka 121 atau masuk kategori tidak sehat untuk kelompok yang sensitif, dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 43.8 ug/m3. (Ant)