close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
 Yudi Latif berbicara dalam
icon caption
Yudi Latif berbicara dalam "Expert Meeeting Keberagaman dalam Keindonesiaan". (Sumber Foto: psikindonesia.org)
Nasional
Jumat, 30 November 2018 14:13

Kurang kecerdasan kolektif, kendala Indonesia jadi negara maju

Kecerdasan kolektif menjadi salah satu syarat untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju.
swipe

Mantan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latif, menilai Indonesia masih kurang memiliki kecerdasan kolektif. Padahal ini menjadi salah satu syarat untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju.

Yudi memberikan ilustrasi atas kurangnya kecerdasan kolektif ini, pada pelaksanaan Asian Games 2018 yang berlangsung Agustus 2018 lalu. Menurutnya, perolehan medali Indonesia yang didominasi cabang olahraga individual, seperti pencak silat, bulu tangkis, dan panjat tebing, menjadi bukti persoalan tersebut.

“Kita sulit meraih prestasi pada cabang yang mengandalkan kerjasama tim, seperti sepakbola. Ini menunjukkan bangsa kita kurang memiliki kecerdasan kolektif untuk melangkah bersama”, kata Yudi dalam bedah buku karyanya yang berjudul “Wawasan Pancasila”, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan (ADPK) di Kampus STKIP Kusuma Negara, Cijantung, Jakarta, Jumat (30/11).

Menurutnya, Pancasila yang menjadi ideologi bangsa, dapat menjadi penuntun warga dalam menjalankan kehidupan berbangsa. Pancasila juga dapat menjadi pegangan untuk menumbuhkan kecerdasan kolektif.

Kecerdasan yang dimaksud, kata Yudi, seperti kemampuan untuk menghargai perbedaan dan kesediaan bekerjasama antar warga negara.

Pembina Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia (PSIK-Indonesia) ini mengutip elemen pendidikan dari UNESCO guna mendorong kecerdasan kolektif bangsa. Empat elemen tersebut adalah learning to be, learning to know, learning to do, dan learning to live together

“Pendidikan sejatinya tidak hanya sekedar proses untuk tahu. Tetapi, seperti yang disampaikan Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan hakikatnya untuk menjadikan kita menjadi manusia seutuhnya. Itu yang selama 20 tahun reformasi kita lupakan," katanya dalam rilis yang diterima Alinea.id

Terkait masa depan reformasi, Ketua ADPK Sudarilah, juga memberi catatan dan keprihatinan. Di matanya, apa yang terlihat saat ini dalam persaingan antar kelompok menuju pemilu 2019, sangat mengkhawatirkan terhadap kohesi sosial kita sebagai bangsa. Jika situasi seperti ini terus berlangsung, maka dikhawatirkan akan mengikis nilai-nilai Pancasila. 

“Oleh karenanya, ADPK sebagai wadah pengampu mata ajar Pancasila di Perguruan tinggi, mengharapkan agar semua kelompok dalam bersaing tetap menjaga kerukunan dan menghargai perbedaan”, katanya. 

img
Gema Trisna Yudha
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan