Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan, keberadaan tiga anak di Kabupaten Pidie, Aceh, yang positif terjangkit virus polio tanpa gejala lumpuh layuh mendadak.
Juru bicara Kemenkes, Muhammad Syahril mengatakan, temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan lanjut terhadap anak berusia kurang dari lima tahun yang tinggal di sekitar kasus polio pada awal November.
Adapun pemeriksaan dilakukan terhadap feses atau tinja dari anak-anak yang diperiksa, serta dilakukan melalui Targeted Healthy Stools Sampling yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
"Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati tiga anak positif virus polio," kata Syahril dalam keterangan resmi, Kamis (24/11).
Sebelumnya, satu kasus polio ditemukan di Kabupaten Pidie, Aceh, pada awal November 2022. Atas temuan tersebut, Kabupaten Pidie lantas menetapkan hal ini sebagai Kejadian Luar Biasa Polio.
Kemudian, penelusuran epidemiologi dilakukan di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat, dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah lima tahun.
"Hal ini dilakukan untuk menilai apakah sudah terjadi transmisi di komunitas," ujar Syahril.
Disampaikan Syahril, sesuai pedoman WHO, ketiga anak yang didapati positif ini tidak dimasukkan dalam kriteria kasus, karena tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layuh mendadak.
Kendati demikian, upaya pemantauan terus dilakukan, termasuk upaya skrining dari rumah ke rumah. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada tambahan kasus lumpuh layuh yang belum terlaporkan.
Syahril mengingatkan bahaya penyakit polio bagi anak yang dapat berdampak permanen atau seumur hidup, menyebabkan kelumpuhan, dan belum ada obatnya. Namun, kondisi ini dapat dicegah melalui imunisasi polio lengkap, baik imunisasi tetes bOPV dan imunisasi suntik IPV.
"Oleh karena itu, kita harus lindungi masa depan anak anak kita dengan berikan vaksinasi imunisasi polio lengkap," jelasnya.
Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci kedua dalam pencegahan penularan polio di masyarakat.
Menurut dia, adanya virus polio pada feses tinja dari ketiga anak tersebut menunjukkan masih kurangnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.
Misalnya, masih ada penduduk yang menerapkan buang air besar (BAB) secara terbuka di sungai. Atau meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai. Sementara, air sungai digunakan untuk berbagai aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak-anak.
"Virus polio ini menular melalui saluran cerna, sementara aktivitas BAB masyarakat masih dilakukan di sungai bukan di jamban, sehingga ada sirkulasi virus dan potensi penularan di sana," tukasnya.