Tim gabungan di wilayah Kabupaten Sukamara berhasil memadamkan dua hektare lahan yang terbakar. Lahan terdampak berada di Desa Pusu, Kecamatan Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, tim gabungan tersebut berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukamara, TNI, Polri, Manggala Agni, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Sukamara-Lamandau dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Upaya pemadaman yang dilakukan oleh tim gabungan secara manual menggunakan alat pemukul api tradisional atau kepyok.
"Penyebab dari peristiwa tersebut masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh pihak terkait. Tidak ada korban jiwa dan kerusakan materil lainnya akibat kejadian ini," kata Abdul dalam keterangan, Senin (27/6).
Abdul menyampaikan, berdasarkan kajian InaRISK, Kabupaten Sukamara memiliki potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada tingkat sedang hingga tinggi. Potensi itu berdampak pada lima kecamatan dan luas bahaya sebanyak 367.086 meter persegi.
"Selain potensi bahaya bencana karhutla masyarakat Kabupaten Sukamara juga diimbau untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi basah," ujar Abdul.
Menurut Abdul, potensi bencana yang dimaksud karena prakiraan cuaca tiga hari ini ada potensi hujan dengan intensitas tinggi. Prakiraan itu disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) per 26 hingga 28 Juni 2022.
Selain hujan intensitas sedang hingga lebat, juga disertai petir atau kilat dan angin kencang. Seperti di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat, Sukamara, Seruyan, Kotawaringin Timur, Katingan, Gunung Mas, Barito Timur, Barito Selatan, Pulang Pisau, Kapuas, dan Kota Palangka Raya serta sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah.
"Masyarakat diimbau untuk waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang ditimbulkan seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, kilat atau petir dan pohon tumbang," ucap Abdul.
Abdul mengimbau untuk masyarakat dan pemerintah daerah setempat supaya dapat meningkatkan kesiapsiagaan bencana karhutla. Seperti melakukan patroli, memeriksa kesiapan dan kondisi alat pemadaman serta berkoordinasi dengan pihak terkait dalam mencegah terjadinya karhutla.
Selain itu, langkah-langkah kesiapsiagaan dan pencegahan bencana hidrometeorologi basah juga dapat dilakukan dengan memangkas ranting-ranting maupun material pohon yang rimbun. Kesiapsiagaan bisa juga dengan memeriksa dan memelihara saluran maupun daerah resapan air serta membuat penampungan maupun tanggul yang mencegah peningkatan debit air memasuki pemukiman warga.
"Ketika hujan terjadi lebih dari satu jam, pemerintah daerah dapat memberikan informasi peringatan diri kepada masyarakat melalui jaringan komunikasi agar dapat mempersiapkan upaya evakuasi mandiri," tandas Abdul.