Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Aryani menyatakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wajib mengklarifikasi kasus dokter Terawan, penemu modifikasi Digital Substraction Angiogram (DSA) atau pengobatan cuci otak, karena mulai meresahkan banyak pihak.
Anggota Komisi IX DPR RI dari fraksi PDIP Dewi Aryani, dalam wawancara dengan Antara di Semarang, Rabu (4/4) mengatakan, hal itu terkait dengan putusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PB IDI yang memecat dr. Terawan atas pelanggaran kode etik.
Dewi yang pernah terapi DSA dr. Terawan pada 2017 menyarankan agar Komisi IX (Bidang Kesehatan dan Keternagakerjaan) DPR RI segera memanggil IDI dan pihak dr. Terawan untuk mengklarifikasi persoalan ini. Tujuannya agar masalah menjadi jernih dan menghindari kesalahpahaman di tengah masyarakat.
"Semua rumah sakit kan punya tim etik dan hukum. Maka, pihak tim RSPAD juga harusnya nanti ikut dipanggil. Seharusnya mereka melindungi pegawai-pegawai di rumah sakit tersebut," katanya.
Ia mempertanyakan kenapa IDI sampai melakukan pemecatan. Oleh karena itu, Komisi IX perlu memanggil IDI supaya publik mengetahui pula fungsi tim etik hukum itu berjalan atau tidak.
Dewi juga menyesalkan karena praktik cuci otak sudah berjalan sekian tahun mengobati ribuan orang, kenapa tiba-tiba sekarang dinilai melanggar etik. Kalaupun ada pelanggaran seharusnya sejak awal sudah disetop.
"Di rumah sakit ada tim etik, ada para dokter senior yang paham tentang etika kedokteran dan 'clinical pathway'. Pegangan mereka kan itu. Sampai ada di brosur, bahkan dipromosikan," katanya.
Jika pelanggarannya hanya administratif menurut Dewi, mestinya ada solusi lain selain pemecatan. Kalau dinilai berat, IDI dan pihak Terawan harus menjelaskan kepada publik supaya tidak makin meresahkan dan jadi polemik berkepanjangan.
Sejauh ini, belum ada pasien dr. Terawan yang secara terbuka menyampaikan keluhan terkait praktik 'cuci otak'. Yang muncul di media sosial adalah tokoh-tokoh yang puas dengan pelayanan dr.Terawan.
Aburizal Bakrie dalam akun Twitter mengungkapkan pembelaannya untuk dr. Terawan. Ia menegaskan, metode ‘cuci otak’ yang dilakukan Terawan, banyak menolong penderita stroke.
“Saya sendiri termasuk yang merasakan manfaatnya, juga Pak Try Sutrisno, SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), AM Hendropriyono, dan banyak tokoh/pejabat juga masyarakat luas. Mudah menemukan testimoni orang yang tertolong oleh dr. Terawan,” tulis Ical di akun Twitter @aburizalbakrie.
Lalu, ada juga Butet Kartaredjasa yang menyatakan tak ada keluhan apapun usai menjalani proses 'cuci otak'. Ia bahkan, sadar saat semua proses 'cuci otak' berlangsung, dilansir Kumparan.
"Ya, ya sederhananya gitu. Dialiri oksigen lalu dia masuk dalam pembuluh-pembuluh lembut di seluruh rongga otak itu dengan cara dikateter. Kateternya dimasuki semacam kawat lembut gitu di dalam tubuh kita, kayak operasi, kayak pasang pen jantung, itu kan juga kayak gitu teknologi mutakhirnya," kata Butet.
Selain mereka, sejumlah tokoh lain juga kerap menggunakan jasa dr. Terawan, termasuk Dahlan Iskan dan Inggrid Kansil.