close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Joko Widodo memberikan ucapan selamat kepada Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi dan istri, seusai dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020). Foto Antara/Hafidz Mubarak A
icon caption
Presiden Joko Widodo memberikan ucapan selamat kepada Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi dan istri, seusai dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020). Foto Antara/Hafidz Mubarak A
Nasional
Minggu, 15 Agustus 2021 11:40

Lomba karya tulis BPIP, PAN: Jangan sudutkan kelompok tertentu

Sejak zaman perjuangan kemerdekaan, hormat bendera dan lagu kebangsaan tidak pernah dipersoalkan.
swipe

Partai Amanat Nasional (PAN) mengkritisi lomba karya tulis yang diadakan Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) sebagai lomba yang tidak produktif dan tidak kontekstual. Sebab, tema lomba terkesan menyudutkan kelompok tertentu.

Lomba karya tulis BPIP sendiri bertema 'Hormat Bendera Menurut Hukum Islam' dan 'Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam'.

"Tidak produktif karena diyakini tidak akan mampu meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila. Juga tidak kontekstual karena temanya sangat jauh dari kondisi kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia," tegas Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN, Saleh Partaonan dalam keterangannya, Minggu (15/8).

Menurut Saleh, lomba yang digelar BPIP tersebut tidak perlu dan tidak urgen untuk dibahas. Sebab, sejak zaman perjuangan kemerdekaan, hormat bendera dan lagu kebangsaan tidak pernah dipersoalkan. 

Para ulama dan para santri selalu menjunjung tinggi dan menghormati eksistensi bendera negara dan lagu kebangsaan. Menurut dia, secara metodologis, tidak ada rumusan masalahnya. 

"Kalau tidak ada rumusan masalahnya, apa yang mau ditulis? Sebelum ditulis pun orang pasti akan mengetahui bahwa kesimpulannya Islam tidak mempermasalahkan hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Sebab, itu adalah bagian dari perwujudan cinta tanah air. Sementara, cinta tanah air adalah bagian dari iman," ujarnya.

Sebagai ideologi negara, Menurut dia, ada banyak tema yang lebih tepat untuk diajukan. Bahkan, tema-temanya sangat aktual dengan kondisi kekinian. Misalnya, bantuan sosial di era pandemi dalam perspektif Pancasila, meneguhkan nilai persatuan dan gotong royong di masa pandemi, dan sebagainya. 

Meskipun temanya tidak spesifik menyebut kata santri, tetapi dipastikan bahwa para santri sangat menguasai tema-tema tersebut.

"Kalau bikin judul dan tema, jangan terkesan dipersempit untuk menyudutkan kelompok tertentu. Bisa jadi, yang membuat tema tidak merasakan, tetapi orang lain justru sangat merasa dan tersinggung," tegasnya.

Saleh menerangkan, BPIP sudah kerap membuat polemik dan hiruk-pikuk. Semestinya, hal-hal seperti itu dihindari di tengah semua orang fokus menghadapi Covid-19 dengan berbagai varian baru yang lebih agresif. 

Saleh mengatakan, sudah semestinya berbagai program kementerian lembaga diarahkan pada upaya mencari solusi terhadap masalah yang kita hadapi.

"Solusi itu bisa bentuknya bantuan fisik. Bisa juga bentuknya pemikiran. Kalau soal hormat bendera dan lagu kebangsaan, ya tidak solutif. Sebab, itu tidak pernah dipersoalkan. Tidak perlu dicarikan solusi," kata Ketua Fraksi PAN di DPR ini.

"Kasihan juga BPIP. Banyak disorot masyarakat. Bahkan, ada yang minta dibubarkan. Akhirnya, kita sendiri malah tidak enak untuk ikut berkomentar soal eksistensi BPIP tersebut," sambungnya.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan