close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Jaringan internet disinyalir dapat mendorong seseorang melakukan teror secara sendiri atau lone wolf. / Ilustrasi: Pixabay
icon caption
Jaringan internet disinyalir dapat mendorong seseorang melakukan teror secara sendiri atau lone wolf. / Ilustrasi: Pixabay
Nasional
Sabtu, 16 November 2019 18:06

Lone wolf dan penyebaran radikalisme melalui internet

Jaringan internet disinyalir dapat mendorong seseorang melakukan teror secara sendiri atau lone wolf. 
swipe

Jaringan internet disinyalir dapat mendorong seseorang melakukan teror secara sendiri atau lone wolf. 

Pengamat Gerakan Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta M. Zaki Mubarok mengatakan lone wolf banyak memperoleh informasi dari konten negatif yang disebarkan melalui laman blog terkait tulisan gembong teroris dan otak di balik bom Thamrin, Aman Abdurrahman.

Sampai saat ini, tulisan Aman Abdurrahman yang menyerukan memerangi pemerintah dan kepolisian, masih bisa diakses di laman situs blog.

"Kemarin malam saya cek masih ada. Radikalisme paling sering blog, karena mudah diakses. Kalau kelompok yang aktivis jihad, terpapar radikalisme melalui telegram," ujar Zaki di Jakarta Pusat, Sabtu (16/11).

Lebih lanjut, Zaki meminta Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) untuk menyisir laman-laman yang menyebarkan konten radikalisme. Sebab, ratusan situs blog yang telah ditutup Kominfo, dengan segera muncul kembali dengan domain yang hampir sama. Situs blog berkonten negatif juga sering menyamarkannya agar terkesan memuat referensi Islam moderat.

"Kadang-kadang blognya seperti moderat, saat dicek lebih jauh ada tulisannya Aman Abdurrahman yang menyerukan jihad. Termasuk pula video ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, Abu Musab al-Zarqawi, dan Abu Muhammad al-Maqdisi," tutur penulis buku Genealogi Islam Radikal di Indonesia itu.

Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris mengungkapkan terdapat perubahan perilaku aksi teror. Saat ini, aksi teror bukan lagi tentang jaringan lama atau jaringan baru, melainkan terkait jaringan internet. Tanpa saling kenal, pembinaan, dan rekrutmen dari pintu ke pintu, siapa pun bisa terpapar radikalisme. Terlebih, kata dia, bos ISIS Abu Bakr al-Baghdadi telah menyerukan untuk berjihad di daerahnya masing-masing tanpa perlu pergi ke Suriah.

"Di mana pun Anda berada, apa pun makanannya, minumnya khilafah. Yang penting khilafah, mereka tidak paham syariat Islam. Menyuarakannya, tetapi malah melempar bom. Ini kan ada sesuatu yang kontradiktif," kata Irfan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (16/11).

Belajar autodidak

Lone wolf biasanya belajar sendiri secara autodidak dari internet. Beberapa bom bunuh diri yang terjadi di Tanah Air, pelakunya belajar membuat bom melalui internet. Tak sedikit dari mereka yang kemudian juga menjadi 'pengantin' bom bunuh diri.

"Lone wolf belajar agama tidak menggunakan guru. Dia belajar sendiri, kemudian bersedia menjadi pengantin. Pengantin itu bom bunuh diri. Itu yang mereka pahami," kata Ketua Satgas Nusantara Irjen Pol Gatot Edi Pramono.

Gatot yang juga menjabat Kapolda Metro Jaya itu mengatakan pengawasan di media sosial dan internet tidak selalu mudah. Dia mencontohkan kelompok seperti ISIS juga menggunakan media sosial yang terenkripsi agar tidak mudah dideteksi aparat.

Oleh karena itu, kata dia, perlu ada upaya untuk menjaga kalangan milenial agar tidak terpapar paham ini. Salah satu cara adalah dengan menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam keseharian mereka.

Namun, cara menyampaikannya tidak bisa dengan doktrin lama. Menurut Gatot, butuh perlakuan khusus agar milenial bisa menerimanya. (Ant)

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan