Sebanyak 4.368 kepala keluarga (KK) atau 17.200 jiwa menjadi korban tanah longsor di Kabupaten Lebak, Banten. Sedikitnya 1.000 rumah warga mengalami rusak berat hingga rata dengan tanah. Warga dari enam kecamatan itu pun mengungsi di delapan posko pengungsian.
Kedelapan Posko Pengungsian tersebut di antaranya Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira, Posko Pengungsian Nangela Desa Calungbungur Kecamatan Sajira, Posko Pengungsian Desa Tambak Kecamatan Cimarga, Posko Pengungsian Kantor Kecamatan Cipanas, Posko Pengungsian Kecamatan Curugbitung, dan Posko Pengungsian Gedung Serba Guna Kecamatan Lebak Gedong.
"Kami mengutamakan penyaluran bantuan makanan dan kesehatan sebagai pelayanan dasar agar tidak menimbulkan kerawanan pangan dan serangan penyakit menular," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi seperti dikutip dari Antara, Minggu (5/1).
Menurut dia, bencana banjir bandang dan tanah longsor itu yang lebih parah berada di perkampungan di Kecamatan Lebak Gedong, karena lokasinya dekat pertambangan liar di kaki gunung Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan aliran Sungai Ciberang.
Kaprawi menambahkan, total korban meninggal akibat longsor juga menjadi sembilan orang. Mereka ialah Udin (50), Tini (40), Arsah (56), Diva (8), Encih (30), Setiana (12), Enon (4), Fahmi (3) dan Nana Suryana (40). Satu orang lagi belum ditemukan atas nama Rizky (8).
Dari sembilan korban jiwa itu, kata dia, kebanyakan tertimbun lumpur akibat material bebatuan dan lumpur yang keluar dari eks tambang yang pecah. Terlebih di Kecamatan Lebak Gedong banyak terdapat penambang emas tanpa izin (liar).
"Kami mengapresiasi tim evakuasi yang melibatkan TNI, Basarnas, Polri dan relawan berhasil menemukan warga korban yang meninggal dunia itu," tandasnya. (Ant)