close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Foto Reuters/Darren Whiteside.
icon caption
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Foto Reuters/Darren Whiteside.
Nasional
Kamis, 04 November 2021 14:06

Luhut soal bisnis PCR: Jika tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu

Menko Luhut membantah tudingan mengambil untung dalam bisnis PCR melalui PT GSI.
swipe

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan diduga terlibat dalam lingkaran bisnis polymerase chain reaction (PCR). PT Toba Sejahtra dan PT Toba Bumi Energi yang terafiliasi dengan Luhut Binsar Pandjaitan, tercatat menaruh saham di PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) yang disebut-sebut terlibat dalam bisnis PCR.

Namun, Menko Luhut membantah tudingan mengambil untung dalam bisnis PCR melalui PT GSI. Ia mengklaim, PT GSI membantu penyediaan tes Covid-19 yang terkendala pada awal pandemi tahun lalu. PT GSI disebut berdiri bukan untuk mencari profit.

“Saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT. Genomik Solidaritas Indonesia,” ucapnya dalam keterangan tertulis di Instagram Story akun pribadi-nya @luhut.pandjaitan, Kamis (4/11).

PT Toba Bumi Energi terlibat dalam pengadaan tes Covid-19 bersama perusahaan besar, seperti Grup Indika, Adaro, dan Northstar. Namun, PT GSI tidak pernah membagi keuntungan kepada pemegang saham.

PT GSI diklaim menggunakan keuntungan bisnis untuk membantu penanganan pandemi Covid-19. Misalnya, tes swab gratis kepada masyarakat kurang mampu dan tenaga kesehatan di garda terdepan, termasuk di RSDC Wisma Atlet.

“Kenapa saya tidak menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia berada dari perusahaan. Dan, memang tidak ada yang saya sembunyikan di situ,” tutur Menko Luhut.

Ia pun mengaku mendorong harga tes PCR turun. Sehingga, PCR semakin terjangkau bagi masyarakat yang membutuhkan. Luhut juga mendorong tes antigen digunakan untuk berbagai moda transportasi sejak September 2021 lalu. Terlebih, bagi transportasi yang mensyaratkan tes PCR.

Luhut melanjutkan, ia menganggap perlu mengklarifikasi disinformasi ini. Sebab, disinformasi tersebut bukan hanya membuat kegaduhan, tetapi juga memunculkan ketakutan bagi orang-orang yang berniat tulus membantu penanganan Covid-19.

“Sejujurnya saya tidak pernah terbiasa untuk melaporkan atau menunjukkan segala bentuk perbuatan yang bersifat donasi seperti ini, karena bagi saya, jika tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu,” ujar Luhut.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan