Markas Besar TNI akan mendalami keterkaitan Taruna Akademi Militer (Akmil) keturunan Prancis, Enzo Zenz Allie yang diduga terkait HTI.
Remaja berusia 18 tahun itu kembali menjadi viral di media sosial setelah isu miring menerpanya lantaran dirinya diduga terpapar radikalisme dan tegabung dalam ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Kita dalami kasus ini. Jadi aparat teritorial, seperti kodam dan intelijen TNI di daerah akan diturunkan untuk mendalami masalah ini," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Sisriadi, di Jakarta, Rabu (7/8) malam.
Sebelumnya, kabar bahwa Enzo terafiliasi dengan ideologi radikal itu menyebar berupa foto-foto di media sosial Twitter. Enzo disebut memiliki paham HTI karena sering menggunakan foto dengan latar bendera HTI.
"Kalau benar-benar dia memang ada ideologi selain Pancasila, ya mudah saja tinggal dikeluarkan, tapi kalau tidak kan, enggak usah. Sayang, kalau tidak terbukti dan ternyata berprestasi dikeluarkan begitu saja. Jadi kita tidak buru-buru memutuskan bahwa yang bersangkutan terpapar radikalisme. Kita akan dalami secara menyeluruh, termasuk keluarga terdekatnya (orang tuanya dan kakak serta adiknya)," jelasnya.
Mabes TNI memastikan tiap taruna Akmil telah melalui seleksi ketat. Standar operasional prosedur (SOP) seleksi turut menelusuri ideologi yang dianut para calon taruna.
Menurut dia, pemeriksaan terhadap paham-paham radikalisme ini terus dilakukan oleh TNI, namun tidak hanya Enzo, melainkan seluruh peserta didik di TNI.
"Tidak hanya Enzo. Teman Enzo juga kita lakukan penelusuran," kata jenderal bintang dua ini.
Pemeriksaan itu, kata Sisriadi, dilakukan secara simultan untuk menghindari kemunculan paham kiri maupun kanan di luar ideologi Pancasila dalam diri peserta didik.
"Sistem yang ada di kami dalam perekrutan itu penelusuran ideologi itu terus dilakukan tidak hanya satu orang, tapi seluruh peserta didik," tuturnya. "Terus ditelusuri selama mereka mengikuti pendidikan," ucapnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan akan memberhentikan anggota taruna TNI yang terbukti terpengaruh radikalisme.
"Kalau benar, saya suruh berhentiin, enggak ada urusan," kata Ryamizard di halaman Istana Negara, Jakarta.
Menurut Menhan, pihaknya tidak akan ragu memecat anggota TNI yang diketahui mendukung gerakan radikal tidak mendukung Pancasila.
Untuk mencegah disusupinya TNI oleh pendukung gerakan radikal, Ryamizard menilai perlunya Penelitian Khusus (Litsus) terkait latar belakang anggota taruna.
"Harus dilitsus, terutama litsusnya adalah masalah Pancasila. Pancasila apa tidak, tentara itu menjalankan Pancasila," tegas Menhan.
DPR angkat bicara
Menanggapi viralnya pemberitaan Taruna TNI diduga terpapar organisasi HTI, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha meminta Tim Seleksi calon Taruna TNI untuk melakukan investigasi menyeluruh guna membuktikan dugaan tersebut.
"Jadi kita jangan hanya memviralkan saja, tapi kita perlu ada investigasi yang lengkap dari para tim seleksi penerimaan Taruna," kata Satya secara terpisah.
Satya mengatakan tim seleksi bisa menggunakan berbagai instrumen yang ada di pemerintah untuk melakukan investigasi menyeluruh untuk membuktikan dugaan tersebut, dengan melakukan pengecekan di rumahnya, menelusuri kebenaran, mencari tau informasi kepada orang tuanya, ketua RT, lurah, dan lainnya.
Menurutnya kalau dugaan terbukti, maka Komisi I meminta kepada Panglima TNI untuk tidak segan-segan menterminasi calon taruna TNI berinisal EZA tersebut.
"Karena kalau ada kaitannya dengan HTI itu sudah masalah ideologi, kita akan minta Panglima TNI untuk tidak segan-segan menterminasi calon taruna tersebut," kata Politisi Golkar tersebut.
Seperti yang diketahui HTI merupakan ormas yang dilarang oleh pemerintah karena tidak mengakui Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Saat ditanya apakah Komisi I sudah membicarakan perihal ini kepada Panglima TNI. Satya menjawab belum sempat karena saat ini DPR RI sedang melakukan reses.
Tetapi informasi tersebut menjadi perhatian para anggota Komisi I agar benar-benar ditelusuri kebenarannya.
Menurut Satya, investigasi menyeluruh ini dapat memberikan rasa keadilan kepada yang bersangkutan, akan teruji betul tidaknya kabar tersebut. Kalau tidak teruji maka dapat diteruskan seleksi calon Taruna TNI-nya.
"Masalah kabar ini diketahui ketika proses seleksi itu sedang berlangsung, makanya itu kita minta investigasi," kata Satya.
Taruna Akmil keturunan Indo-Prancis, EZA, sempat menarik perhatian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan videonya viral di media sosial setelah diajak berbicara bahasa Prancis oleh Panglima.
EZA diketahui fasih berbicara empat bahasa yakni bahasa Prancis, bahasa Inggris, bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
Dia lahir di Prancis, tapi pindah ke Indonesia pada usia 13 tahun setelah ayahnya meninggal dunia dan memiliki status WNI.
Namun, dia diduga terpapar gerakan HTI yang diketahui dari salinan gambar media sosial Facebook. (Ant)