Sejumlah mahasiswa dan akademisi Universitas Padjadjaran Bandung (Unpad) mendesak segera digelar pemilihan rektor.
Tahun 2019 merupakan bagian dari kalender agenda politik di Indonesia. Bukan hanya presiden dan anggota legislatif, ternyata pada waktu yang sama tingkat universitas juga sedang melakukan pemilihan.
Universitas Padjajaran atau yang akrab disebut Unpad ini sedang melakukan pemilihan pimpinan tertinggi yakni rektor yang terjadi setiap 5 tahun sekali.
Tidak seperti sebelum-sebelumnya pemilihan Rektor Unpad kali ini sedikit berbeda karena status Unpad sebagai Perguruan tinggi berbadan hukum (PTN-BH) sehingga pemilihan Rektor ditentukan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) yang terdiri dari perwakilan dosen, pemerintah daerah, mahasiswa dan masyarakat, selain itu juga ada kemenristekdikti sebagai pemegang suara dalam pemilihan rektor kali ini.
Namun sayang, pemilihan rektor Unpad kali ini tidak berjalan sesuai rencana yang diharapkan dan terjadi permasalahan penundaan pemilihan rektor yang dilakukan oleh MWA Unpad. Hal ini menimbulkan reaksi berupa aksi penyampaian pendapat dari kalangan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Kastrat Satu Unpad dan aliansi mahasiswa peduli Unpad (Ampun), Selasa (4/12)
Aksi yang dilakukan di depan pintu masuk Unpad ini menurut salah satu koordinator lapangan, Aditya merupakan bentuk protes mahasiswa terhadap ketidakjelasan pemilihan rektor dan memberi informasi kepada seluruh elemen Unpad bahwa Unpad sedang 'sakit'.
"Pemilihan rektor Unpad kali ini bermasalah, sudah dua kali diundur mulai dari 11 Oktober, kemudian 27 Oktober dan sampai hari ini belum terpilih rektor baru Unpad, kita kecewa terhadap MWA karena proses ini yang terus diundur dan tidak ada transparansi proses yang terjadi sehingga kita menyikapi dengan sebelumnya kita mengadakan kajian, realese kajian dan puncaknya hari ini kita aksi yang ditujukan kepada MWA Unpad dan Dikti, dan tindak lanjutnya akan kami surati dan memberikan release kajian kami kepada MWA Unpad dan Dikti" ujar Abdurohman.
Pihaknya mendesak bahwa harus ada kelanjutan dari aksi hari mereka itu untuk mengancam MWA Unpad untuk segera mempercepat proses pemilihan Rektor Unpad.
"Aksi hari ini harus ada tindak lanjut karena sasaran utamanya adalah kepada MWA Unpad dan Dikti dan kita mahasiswa harus mengambil sikap tegas jika dalam 3x24 jam tidak ada respon dari pihak MWA maka kita akan melakukan aksi lanjutan kembali," tegasnya.
Selain mahasiswa yang melakukan aksi protes, nampak hadir civitas akademika Unpad yakni para dosen yang menyuarakan aspirasinya terkait permasalahan yang terjadi pada pemilihan rektor Unpad kali ini
Bentuk aksi yang dilakukan adalah menyuarakan aspirasi lewat mimbar bebas dan juga menuliskan aspirasi terkait pilrek di atas selembar spanduk kosong yang akan dikirimkan bersama release kajian kepada MWA Unpad.
Selain itu diakhir acara dilakukan deklarasi pembacaan tuntutan aksi oleh perwakilan massa aksi dengan harapan akan didengar oleh pihak MWA dan Dikti.