close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Satu orang pengunjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara tewas tertembak aparat adalah kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). / Antara Foto
icon caption
Satu orang pengunjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara tewas tertembak aparat adalah kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). / Antara Foto
Nasional
Kamis, 26 September 2019 22:43

Mahasiswa IMM tewas saat demo, Muhammadiyah kecam aksi brutal aparat

Satu orang pengunjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara tewas tertembak aparat adalah kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
swipe

Satu orang pengunjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara tewas tertembak aparat adalah kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) mengecam tragedi penembakan yang dilakukan oleh oknum kepolisian dalam aksi penolakan RUU KUHP yang menyebabkan meninggalnya salah satu kader terbaik Immawan Randi di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Ketua DPP IMM Najih Prastiyo menyesalkan kejadian tersebut. Menurutnya, kejadian ini membawa luka yang mendalam bagi seluruh kader persyarikatan Muhammadiyah se-Indonesia.

“Kami, IMM se-Indonesia menyatakan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya salah satu kader IMM yang tertembak peluru tajam ketika melakukan aksi unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi kami," kata Najih dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (26/9).

Menurut dia, peristiwa ini adalah bukti nyata dari tindakan represif yang dilakukan oleh kepolisian terhadap mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya.

Najih lantas mempertanyakan prosedur pengamanan aksi yang kemudian sampai menodongkan senjata dan terjadi penembakan meregang nyawa. Menurutnya, tidak dibenarkan prosedur pengamanan aksi sampai dengan terjadi penembakan peluru tajam.

“Secara pribadi saya mengecam atas terjadinya peristiwa ini. Bagaimana bisa dibenarkan prosedur pengamanan unjuk rasa dengan memakai senjata lengkap dengan peluru tajam. Ini mau mengamankan aksi, atau mau perang kepada mahasiswa. Pihak kepolisian harus bertanggung jawab mengusut kasus ini sampai tuntas, dan kami kader IMM se-Indonesia akan mengawal penuh kasus ini," tegasnya.

Dengan terjadinya kasus ini, Najih menuntut Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) untuk mencopot Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara yang dinilai telah gagal dan lalai dalam memberikan jaminan keamanan bagi mahasiswa dalam menyuarakan aspirasinya.

“Mahasiswa itu bukan penjahat negara, yang harus ditembaki dengan seenaknya saja. Kami menuntut kepada Kapolri untuk mengusut kasus ini sampai benar-benar terang dan pelaku penembakan Kader Kami (Immawan Randi) dapat tertangkap secepatnya," ujarnya.

Najih juga menyerukan kepada seluruh Kader IMM se-Indonesia untuk melakukan konsolidasi di masing-masing basis dan level pimpinan menyerukan aksi solidaritas atas tewasnya Immawan Randi ketika di medan aksi dan melawan segala bentuk represi dari pihak keamanan terhadap mahasiswa.

“Kepada seluruh kader IMM se-Indonesia, mari kita rapatkan barisan dan melakukan konsolidasi di basis dan setiap level kepemimpinan untuk menyerukan aksi atas tewasnya saudara kita Immawan Randi," katanya.

Terpisah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto meminta pemerintah untuk segera melakukan investigasi lebih kanjut terhadap penembakan brutal tersebut.

"Mencermati penanganan peserta aksi oleh Polri sudah mengarah pada tindakan brutalitas dengan melakukan penembakan dengan menggunakan peluru tajam," kata Sunanto.

Menurutnya, tindakan brutal aparat Kepolisian terhadap Mahasiswa sangat bertentangan dengan peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolsian RI dan Perkapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Massa.

"Kami menilai cara-cara brutal kepolisian tidak akan bisa meredam aksi, justru dapat memicu gelombang aksi yang lebih besar lagi. Kepolisian harusnya belajar dari sejarah," tegasnya.

Sunanto atau akrab disapa Cak Nanto ini pun menegaskan pihaknya akan melaporkan ke Komnas HAM dan ke Mabes Polri agar diusut tuntas.

"Untuk sementara ini kami menemukan ada Pelanggaran Prosedur Penanganan aksi dan Pelanggaran HAM dalam peristiwa ini. Karena itu kami meminta Kapolri memimpin langsung proses investigasi serta menindak secara tegas oknum kepolisian yang bersikap represif," ujarnya.

"Saya Sekarang sedang berada di Kendari dan akan memimpin langsung proses pemakaman almarhum Randi. Untuk diketahui saudara Randi merupakan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah," lanjutnya.

Penting diketahui, Immawan Randi tewas setelah tertembak peluru tajam saat melakukan aksi unjuk rasa di kantor DPRD Sulawesi Tenggara, bersama dengan ribuan mahasiswa se-Kota Kendari. Randi terkena tembakan peluru tajam di dada sebelah kanan, saat bentrokan pecah antara mahasiswa dan pihak pengamanan.

img
Ardiansyah Fadli
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan