Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD menyebut, Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora merupakan gerakan kejahatan. Kareba itu, dia mengimbau, agar seluruh warga Indonesia tidak terpancing upaya provokasi pihak-pihak tertentu.
Menurut dia, insiden pembakaran dan pembunuhan terhadap warga Dusun Tokeleme, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, bukanlah perang suku. Apalagi, perang antar agama.
"Peristiwa ini dilakukan kelompok kejahatan MIT pimpinan Ali Kalora yang tidak bisa disebut mewakili agama tertentu," ujar Mahfud dalam konferensi pers virtual, Senin (30/11).
Provokasi mengaitkan peristiwa teror dengan agama tertentu tergolong upaya menciptakan teror dan suasana tidak kondusif. Imbasnya, dapat melahirkan kekacauan yang mengoyak persatuan dan memecah belah bangsa.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu berharap, tokoh-tokoh agama turut menyebarluaskan pesan perdamaian kepada masyarakat. Pasalnya, sejatinya agama apapun hadir di dunia untuk membangun perdamaian dan persaudaraan.
Pemerintah, kata dia, menyampaikan duka mendalam dan mengutuk keras tindakan keji para pelaku dalam insiden tersebut. Menurut Mahfud, pemerintah telah melakukan langkah pemulihan atau trauma healing terhadap korban insiden tersebut.
Ia pun telah memerintahkan Satgas operasi Tinumbala untuk melakukan pengejaran dan pengepungan terhadap para pelaku, agar secepatnya dilakukan proses hukum.
"Insiden tersebut bukan dilakukan di gereja, tetapi di sebuah tempat yang selama ini secara tidak rutin menjadi tempat pelayanan umat.
Kelompok Ali Kalora dikabarkan membakar sebuah rumah dan membunuh satu keluarga di Desa Lemban Tongoa, Jumat (27/11). Imbasnya, sekitar 40 kepala keluarga (KK) telah mengungsi karena ketakutan.
Berdasarkan keterangan saksi warga setempat, para pelaku, yang berjumlah 10 orang dan membawa senjata api, melakukan aksi dengan membakar tujuh rumah dan membunuh empat orang. Empat jenazah korban ditemukan dalam kondisi tewas dipenggal, dipotong, dan dibakar.
Personel tambahan telah dikerahkan untuk melakukan peningkatan pengamanan di sekitar lokasi kejadian. Sekitar 100 orang aparat gabungan dari Satgas Tinombala, Brimob Polda Sulteng, dan TNI melakukan pengejaran terhadap para pelaku.