Masyarakat Anti Korupsi Indonesia atau MAKI menduga, terdapat praktik menaikkan harga atau mark up yang dilakukan delapan platform mitra program Kartu Prakerja. Hal itu diyakininya berdasarkan harga kelas yang terlalu mahal dengan kisaran harga Rp200.000 hingga Rp1 juta.
"Diduga terlalu mahal, apabila didasarkan ongkos produksi materi bahan pelatihan dan apabila dibandingkan dengan gaji guru atau dosen dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas tatap muka," kata Koordinator MAKI Boyamin Saiman, dalam keterangan resminya, Selasa (5/5).
Boyamin menilai, materi pelatihan yang disajikan delapan platform itu, juga tidak jauh berbeda dengan video tutorial yang dapat diakses gratis di YouTube dan Google. Dia memprediksi, keuntungan yang didapat platform itu, di atas 50%.
Hal itu semakin diyakini Boyamin atas pendapat peneliti Indef Nailul Huda yang menyebut, penyediaan pelatihan program Kartu Prakerja yang dilakukan delapan platform berpotensi meraup untung sebesar Rp3,7 triliun.
"Dengan pendapat ini, keuntungan delapan mitra diduga sebesar 66% dari jumlah uang yang diterima mitra dari masing-masing biaya pelatihan Kartu Prakerja," paparnya.
Dengan demikian, Boyamin menyimpulkan, delapan platform penyedia layanan program Kartu Prakerja telah menggelembungkan harga pelatihan hampir mencapai 50%.
"Terdapat dugaan penggelembungan atau mark up harga sekitar 46%. Meskipun demikian perkiraan keuntungan ini masih perlu dihitung secara cermat. Dikarenakan terdapat mitra yang memberikan diskon biaya pelatihan," tutup Boyamin.