Masyarakat Kabupaten Lebak, Banten, diminta mewaspadai potensi terjadinya banjir dan longsor. Pangkalnya, intensitas hujan tinggi dan untuk mencegah adanya korban jiwa.
"Peringatan kewaspadaan ini untuk mengurangi risiko kebencanaan, agar tidak menimbulkan korban jiwa," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Kaprawi, Rabu (13/5).
Selasa (12/5), banjir di Kecamatan Cipanas menyebabkan puluhan rumah terendam air setinggi 80 sentimeter dan jembatan di Kecamatan Lebak Gedong terputus. Bencana imbas meluapnya Sungai Ciberang dan Cimanteung usai diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
Kewaspadaan, menurutnya, mesti dimiliki masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai, perbukitan, dan pegunungan. Sebab, daerah itu rawan banjir dan longsor.
Berdasarkan data BPBD Lebak, ada ribuan kepala keluarga (KK) yang tinggal di daerah rawan bencana alam. Permukiman di kaki Gunung Halimun Salak (GHS), salah satunya.
"Kami minta warga mengungsi ke tempat yang lebih aman jika curah hujan meningkat karena beberapa hari ke depan berpotensi hujan lebat," jelasnya.
Kaprawi melanjutkan, BPBD menyiapkan peralatan evakuasi guna menyelamatkan masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Misalnya, perahu karet, pakaian pelampung, genset, gas, kendaraan operasional, dan alat berat.
Juga disiapkan tenda, persediaan logistik, dan obat-obatan. Harapannya, tidak terjadi krisis pangan dan terhindar dari serangan penyakit.
"Kami mengoptimalkan posko utama di kantor BPBD. Selama 24 jam selalu siaga dengan piket bergantian petugas kebencanaan dan relawan sebanyak 20 orang," paparnya.
Berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat Desa Paja, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, banjir bandang usai salat Isya dampak luapan Sungai Cisinu. Banyak rumah warga roboh saat kejadian, tetapi tidak ada korban jiwa. (Ant)