close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi api./Foto Pexels.com
icon caption
Ilustrasi api./Foto Pexels.com
Nasional
Rabu, 12 Juni 2024 06:36

Mengapa amarah Briptu FN begitu meledak-ledak?

Briptu FN membakar suaminya lantaran emosi uang di rekening habis untuk bermain judi online. Apakah hanya itu pemicunya?
swipe

Petaka terjadi dalam rumah tangga anggota polisi, Briptu FN dan Briptu Rian. Sabtu (8/6) pagi, Briptu Rian yang bertugas di Polres Jombang, tewas dibakar istrinya Briptu FN yang berdinas di Polres Mojokerto Kota.

Kejadian bermula kala FN emosi usai melihat saldo rekening suaminya yang tersisa Rp800.000. Padahal, Rian baru menerima gaji ke-13 yang dibayarkan pemerintah pada awal Juni sebesar Rp2,8 juta. FN sempat meminta klarifikasi penggunaan uang itu. Lalu, meminta Rian pulang ke rumahnya di kompleks Asrama Polisi Polres Mojokerto.

FN sempat membeli bensin eceran dan mengancam akan membakar ketiga anak mereka kalau Rian tak pulang. Rian akhirnya pulang. Tangan suaminya itu lantas diborgol, dikaitkan ke tangga di garasi. Kemudian, mereka cekcok. Akhirnya, FN menyiram bensin ke tubuh Rian dan membakar tisu. Api lalu menyambar Rian.

Rian yang menderita luka bakar 96% dibawa ke rumah sakit. Namun, ia meninggal pada Minggu (9/6). Belakangan diketahui, uang Rian habis karena main judi online. FN dijerat Pasal 44 ayat (3) subsider ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Meski begitu, dosen hukum pidana dari Universitas Trisakti, Azmi Syahputra memandang, kasus ini bukan KDRT semata. Penerapan tindak pidana pembunuhan perlu dilakukan. Setelah itu, penyidik harus mendalami, unsur pembunuhan atau pembunuhan berencana yang lebih tepat. Tujuannya, supaya diketahui tindakan FN bersifat emosi sesaat atau bukan.

“Tentu perbuatan dan keadaan ini dilakukan dengan kesengajaan untuk menganiaya korban,” kata Azmi kepada Alinea.id, Senin (10/6).

“Untuk itu, perlu ditelaah motif dan sebab pelaku melakukan hal tersebut.”

Sementara itu, komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti menilai, penyidikan yang lebih penting adalah kondisi kejiwaan FN. Ia khawatir, FN mengalami postpartum depression atau depresi pasca-persalinan.

Dikutip dari Mayo Clinic, kebanyakan ibu mengalami baby blues pasca-melahirkan, yang biasanya meliputi perubahan suasana hati, kesedihan, kecemasan, dan sulit tidur. Baby blues biasanya dimulai dalam dua hingga tiga hari pertama usai melahirkan dan dapat berlangsung hingga dua minggu.

Namun, beberapa ibu mengalami depresi yang lebih parah dan bertahan lama, dikenal sebagai postpartum depression. Gejala biasanya timbul dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Akan tetapi, bisa pula berlangsung hingga berbulan-bulan usai persalinan.

Gejalanya mencakup, perubahan suasana hati yang parah, menangis terlalu sering, kesulitan menjalin ikatan dengan bayi, menarik diri dari keluarga dan teman, kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya, insomnia, kelelahan luar biasa, kurangnya minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, kemarahan yang intens, putus asa, gelisah, cemas dan serangan panik, pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri, serta pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi.

Menurut Poengky, kondisi ini bisa berdampak pada tindakan keji di luar nalar. Maka, amarah bukan cuma karena suaminya, yakni Rian, bermain judi online.

Dugaan postpartum depression itu muncul karena pihaknya mendengar, tersangka baru masuk kerja kembali, setelah cuti melahirkan bayi kembar. Atas dasar itu, patut diduga ada sebab-sebab lain yang membuat emosi tersangka memuncak.

“Kami mendorong adanya pendampingan psikiater kepada tersangka, serta pendampingan psikolog kepada anak-anak tersangka dan korban,” ucapnya kepada Alinea.id, Senin (10/6).

Terlepas dari itu, bagi Poengky penerapan pasal dalam Undang-Undang Penghapusan KDRT sudah cukup. Di sisi lain, pihaknya melihat generasi muda di lingkungan Polri membutuhkan perhatian khusus, terutama soal kesehatan mental.

Generasi muda, terutama generasi Z, menurut Poengky lebih cerdas daripada generasi-generasi sebelumnya. Namun, dalam kekuatan mental, mereka lebih rapuh. Oleh karenanya, diperlukan perhatian dan bimbingan dari atasan langsung, serta perhatian sesama rekan untuk saling menguatkan.

Perhatian atasan langsung dibutuhkan dalam pengawasan yang melekat untuk memastikan anggota tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Termasuk bermain judi online.

“Diharapkan atasan langsung dapat memberikan arahan-arahan kepada seluruh anggota pada saat apel pagi dan dipantau secara serius,” ucapnya.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan