Mengukur kerja-kerja Ganjar, Anies, dan Ridwan sebagai gubernur
Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi yang paling banyak disebut-sebut sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 dalam banyak survei politik.
Misalnya, hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada akhir 2022 menempatkan Ganjar di peringkat teratas capres, dengan elektabilitas 26,5%. Ia mengalahkan elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (18,6%), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (16,8%), dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (6%).
Dalam jajak pendapat Indikator Politik Indonesia (IPI) pada 1-6 Desember 2022, Ganjar nangkring di pucuk survei capres dengan elektabilitas 29,5%, diikuti Anies (22,8%). Sedangkan Ridwan ada di posisi keempat.
Meski elektabilitas Ridwan rendah untuk capres, tetapi kader anyar Partai Golkar itu moncer sebagai calon wakil presiden atau cawapres. Dalam survei IPI, Ridwan ada di peringkat pertama sebagai cawapres dengan elektabilitas 21,6%.
Di sisi lain, dari dua nama gubernur dan seorang mantan gubernur itu, berdasarkan riset Indonesia Indicator yang bersumber dari media online menunjukkan, Anies menempati urutan pertama terpopuler, dengan 449.405 pemberitaan. Diikuti Ridwan dan Ganjar.
Sementara riset yang bersumber dari media sosial, Anies pun paling banyak diperbincangkan dengan 12.752.600 data post. Diikuti Ganjar dan Ridwan.
Dari berbagai survei dan hasil riset, tiga tokoh itu memang terbilang populer sebagai capres. Namun, apakah kinerja mereka sebagai gubernur juga baik?
Pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan IPM
Ganjar menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah sejak 2013 dan sudah berjalan dua periode kepemimpinan. Anies mulai menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2017 dan berakhir jabatannya pada Oktober 2022. Sedangkan Ridwan menjabat Gubernur Jawa Barat sejak 2018 hingga kini.
Sebagai catatan, luas wilayah Jawa Tengah 32.801 kilometer persegi, dengan penduduk sebanyak 37,49 juta jiwa per Juni 2022. Nilai APBD Jawa Tengah pada 2022 mencapai Rp24,61 triliun.
Luas wilayah DKI Jakarta 661,5 kilometer persegi, berpenduduk 11,25 juta jiwa per Juni 2022, dan total APBD tahun 2022 mencapai Rp82,47 triliun. Dan, Jawa Barat memiliki luas wilayah 35.378 kilometer persegi, berpenduduk 48,64 juta jiwa per Juni 2022, serta total APBD 2022 Rp32,10 triliun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di masa awal Ganjar memimpin Jawa Tengah pada 2013, ekonomi Jawa Tengah tumbuh 5,81%. Adapun triwulan III-2022, ekonomi Jawa Tengah tumbuh 5,28%.
Di bawah Anies, tahun 2017 ekonomi Jakarta tercatat tumbuh 6,22%. Sedangkan di akhir masa jabatan Anies, pada triwulan III-2022, ekonomi Jakarta tumbuh 5,94%. Sementara ketika awal Ridwan jadi Gubernur Jawa Barat pada 2018, ekonomi tumbuh 5,64%. Pada triwulan III-2022, ekonomi Jawa Barat tumbuh 6,07%.
Dalam bidang pendidikan, masa awal Ganjar menjabat, rata-rata lama sekolah (RLS) Jawa Tengah selama 6,80 tahun. Ia berhasil menaikkan RLS Jawa Tengah menjadi 8,38 tahun pada 2022. Namun, jika merujuk RLS penduduk Indonesia, RLS Jawa Tengah masih rendah. BPS sendiri mencatat, RLS penduduk Indonesia pada 2021 selama 8,97 tahun dan 2022 selama 9,08 tahun.
Jakarta punya catatan angka RLS cukup baik. Tahun 2017, RLS Jakarta 11,02 tahun. Kemudian, tahun 2022 RLS naik jadi 11,30 tahun. Dengan hasil ini, Jakarta pun menjadi provinsi dengan RLS tertinggi di antara provinsi lain.
Tahun 2018, RLS Jawa Barat saat Ridwan baru menjabat selama 8,15 tahun. Sementara pada 2022 9,14 tahun.
Indeks pembangunan manusia (IPM) di Jawa Tengah juga punya catatan bagus. Awal Ganjar menjabat, skornya 68,02 poin. Tahun 2022, IPM melesat jadi 72,79 poin.
Skor IPM Jakarta tahun 2017 adalah 80,06 poin. Pada 2022, di masa akhir jabatan Anies, IPM Jakarta menjadi 81,65 poin. Dalam hal IPM, Jawa Barat mencatat skor 71,30 poin tahun 2018. Dan, tahun 2022 naik lagi 73,12 poin.
Pengangguran dan kemiskinan
Pengangguran dan kemiskinan menjadi masalah yang harus pula dipecahkan kepala daerah. Pada 2013, Jawa Tengah punya tingkat pengangguran terbuka (TPT) 6,01%. Namun, angkanya turun dari tahun ke tahun. Pada 2022 angkanya 5,57% atau setara 1,08 juta jiwa.
Pada 2017, TPT Jakarta sebesar 7,14%. Anies pun berhasil menurunkan angka pengangguran hingga 2019. Meski melonjak pada 2020 sebesar 10,95% atau 572.780 orang. Pada Agustus 2022, TPT Jakarta turun menjadi 7,18% atau 377.294 orang.
Adapun TPT Jawa Barat pada 2018 adalah 8,23%. Pada 2020 melonjak hingga mencapai 10,46% atau 2,53 juta orang menganggur dari total 49,94 juta penduduk. Kemudian turun lagi pada 2022 menjadi 8,31% atau 2,13 juta orang.
Kemudian, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah ada 4,56 juta jiwa (13,58%) tahun 2013. Ganjar berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun. Ini dibuktikan, tahun 2017 jumlahnya menjadi 4,45 juta jiwa (13,01%).
Kemudian menjadi 3,89 juta orang (11,32%) pada 2018 dan 3,74 juta orang (10,80%) tahun 2019. Namun, jumlahnya naik kembali pada 2020 karena pandemi, menjadi 3,9 juta jiwa. Tahun 2021 naik tajam, menjadi 4,1 juta jiwa. Kemudian, turun kembali pada 2022 menjadi 3,8 juta jiwa.
Program Ganjar mengentaskan angka kemiskinan di Jawa Tengah selama dua periode sebagai gubernur, antara lain Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Tuku Lemah Oleh Omah (beli tanah dapat rumah), perbaikan jamban, revitalisasi pasar tradisional, Kartu Jateng Sejahtera (KJS), dan menggerakan UMKM.
Jakarta di masa awal Anies menjabat pada 2017, penduduk miskin sebanyak 389.690 orang (3,77%). Anies berhasil menekan jumlah penduduk miskin jadi 373.120 orang (3,57%) pada 2018 dan menjadi 365.550 orang (3,47%) pada 2019.
Jakarta mengalami masa sukar pada 2020, dengan lonjakan jumlah penduduk miskin mencapai lebih dari 480.000 orang. Setahun berselang, jumlahnya menjadi lebih dari 501.000 orang. Angka itu turun di penghujung jabatan Anies. Persisnya pada September 2022, jumlah penduduk miskin 494.000 orang.
Program pengentasan kemiskinan Pemprov DKI saat Anies masih menjabat gubernur, antara lain bansos tunai, Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS), dan Kartu Lansia Jakarta (KLJ). Selain itu, ada program entrepreneur.
Sebagai Gubernur Jawa Barat di awal menjabat tahun 2018, angka penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 3,61 juta jiwa (7,45%). Sementara pada 2019, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat turun menjadi 3,39 juta jiwa (6,91%).
Namun, angkanya naik pada 2020 sebanyak 3,92 juta orang (7,88%). Angkanya kembali naik menjadi 4,19 juta jiwa (8,43%) pada 2021, dan pada 2022 turun tipis jadi 4,05 juta jiwa (7,97%).
Dikutip dari situs jabarprov.go.id, strategi Ridwan mengentaskan kemiskinan pada 2022, antara lain warga dalam kategori miskin ekstrem diberi bantuan keuangan, warga level miskin tengah dibuka lapangan kerja lewat investasi dan penguatan UMKM, serta warga level miskin atas dilatih wirausaha dan diberi modal.