Menteri Pertahanan (Menhan) Malaysia Mohamad Sabu menyebut pihaknya sepakat untuk meningkatkan keamanan di wilayah perairannya, merespons kasus penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf belum lama ini.
"Peningkatan ini perlu dilakukan oleh ketiga negara, hal ini juga sudah saya bicarakan dengan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subanto dalam perbincangan kami semalam," ujar Sabu dalam acara diskusi di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, pada Sabtu (25/1).
Menurut Mat Sabu, sapaan akrabnya, penculikan di wilayah Sulu berhubungan dengan pergolakan yang terjadi di Pulau Mindanao yang berada di sekitar perairan tersebut.
Sementara Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD memohon peran aktif Malaysia dalam memerangi kelompok Abu Sayyaf.
"Indonesia sudah secara resmi mengeluarkan pernyataan itu. Supaya Malaysia juga ikut menangani karena penculikan anak buah kapal (ABK) WNI itu selalu terjadi di perairan di Malaysia," tutur Mahfud di lokasi yang sama.
"Jadi kasusnya itu WNI naik kapal milik Malaysia untuk ikut mencari ikan. Pada saat dirompak, ABK Malaysia dipulangkan, para WNI ditahan. Itu kan tidak baik, seperti kurang beres penanganannya," imbuhnya.
Mahfud mencatat, sejak 2016 terdapat 44 WNI yang diculik dalam kasus 13 kasus penculikan yang mayoritas terjadi di perairan Sabah.
Sehari sebelum penculikan lima WNI, pemerintah Filipina dan Indonesia baru saja membebaskan seorang WNI yang menjadi korban penculikan Abu Sayyaf pada September 2019.
"Sudah berkali-kali diculik dan dibebaskan, itu kan buang biaya dan waktu. Oleh sebab itu lebih baik kita mengefektifkan kerja sama trilateral dengan Filipina dan Malaysia," kata Mahfud.
Dia menyebut bahwa kerja sama trilateral itu perlu digunakan untuk mengusir Abu Sayyaf agar hubungan kerja sama antara Indonesia, Filipina, dan Malaysia dapat berjalan lebih baik.
Intinya, lanjut Mahfud, Indonesia dan Malaysia harus memiliki sikap tegas yang sama dalam berhadapan dengan kelompok tersebut.
Sebelumnya, kasus hilangnya kapal ikan milik Malaysia yang berawak 8 warga negara Indonesia (WNI) di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, pada 16 Januari 2020 pukul 20.00 waktu setempat terkonfirmasi sebagai kasus penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Konfirmasi didapat ketika kapal ikan dengan nomor registrasi SSK 00543/F masuk kembali ke perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, dari arah Filipina pada 17 Januari 2020 pukul 21.10 waktu setempat.
Indonesia sangat menyesalkan berulangnya kasus penculikan ABK WNI di kapal ikan Malaysia di wilayah perairan Sabah. Pemerintah Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah Filipina dalam upaya membebaskan kelima ABK WNI tersebut.