Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan ada sembilan warga negara Indonesia yang terinfeksi coronavirus di Jepang. Namun, belum jelas apakah sembilan orang tersebut merupakan awak kapal pesiar Diamond Princess yang tengah dikarantina terkait kasus tersebut.
"WNI yang kena kan juga dirawat pemerintah Jepang. Ada sembilan orang itu," kata Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/2).
Terawan tak merinci detail sembilan orang tersebut. Dia juga tak menyebut apakah mereka merupakan awak kapal pesiar Diamond Princess.
Menurutnya, sampai saat ini pemerintah masih melakukan negosiasi dengan pemerintah Jepang untuk memulangkan 74 awak kapal Diamond Princess yang negatif coronavirus. Adapun empat orang WNI lainnya yang berada di kapal pesiar tersebut telah dinyatakan positif coronavirus. Mereka akan menjalani perawatan yang dilakukan pemerintah Jepang.
Terawan mengatakan, jika telah dipulangkan kembali ke Indonesia, maka WNI dari Diamond Princess dan World Dream akan diobservasi di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu.
"Nanti diobservasi di pulau kosong. Kami berikan Sebaru," ucapnya.
Ada 188 WNI yang bekerja di kapal pesiar World Dream. Hingga saat ini mereka masih tertahan di perairan internasional dekat Bintan, Kepulauan Riau. Dari hasil pemeriksaan, seluruh kru asal Indonesia dinyatakan bersih dari coronavirus.
Pemerintah berencana memulangkan mereka menggunakan kapal perang rumah sakit milik TNI AL, KRI dr Soeharso-990. Terawan mengatakan, saat ini pemerintah masih terus melakukan negosiasi dengan pemerintah Jepang untuk proses evakuasi tersebut.
"Jadi ini nego terus, tapi kami nego harus dengan cara jangan semaunya sendiri. Kalau semau sendiri, bisa membentuk episentrum baru, tidak boleh. Saya harus berusaha, kami pemerintah menjaga yang 260 juta penduduk Indonesia tetap bisa survive sembari melakukan tindakan-tindakan untuk juga menyelamatkan masyarakat kita yang ada di Jepang, tapi prosedur dan tata caranya jangan mengikuti apa yang mereka inginkan, hanya sekedar secepatnya saja. Harus butuh negosiasi yang detail, yang baik, sehingga apa yang kita lakukan jangan sampai diketawain dunia di kemudian hari," kata Terawan. (Ant)