Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, belum mempertimbangkan penetapan status kejadian luar biasa (KLB) terkait kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA). Teranyar, dua kasus baru gagal ginjal akut dilaporkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dengan satu kasus konfirmasi dan satu kasus suspek.
"Ini yang kejadian kan satu, dan masih perlu ditentukan lagi penyebabnya itu apa, karena ada perbedaan hasil dari dua laboratorium," kata Budi di Komplek Parlemen, Jakarta, dikutip Kamis (9/2).
Diungkapkan Budi, pihaknya juga masih menunggu hasil pengujian sampel obat dari laboratorium pembanding. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih lengkap terkait penyebab kasus gagal ginjal akut yang baru-baru ini dilaporkan.
"Nah itu yang sekarang kami tunggu. Harusnya minggu ini selesai," ujar Budi.
Budi mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan perintah kepada perusahaan farmasi untuk menarik peredaran obat sirop Praxion, yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut pada pasien konfirmasi yang dinyatakan meninggal dunia.
Dalam hal ini, PT Pharos Indonesia selaku produsen obat Praxion juga telah melakukan penarikan produk secara sukarela (voluntary recall) dan meminta mitra distribusi untuk menghentikan sementara peredaran obat tersebut di pasaran.
Budi mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal terus berkoordinasi dengan BPOM dan sejumlah pihak terkait, termasuk kepada para tenaga kesehatan terkait alternatif obat yang dapat diberikan untuk anak.
"Kami juga sudah menghimbau kepada Ikatan Dokter Anak Indonesia agar meresepkan obat-obat yang berisiko lebih rendah. Nah, itu memang mereka yang nanti akan menentukan obatnya seperti apa," papar Budi.
Sementara terkait satu kasus konfirmasi gagal ginjal akut yang meninggal dunia, Budi mengakui pasien tidak terselamatkan lantaran lambat mendapat pertolongan medis.
"Yang confirm sudah diterima di RSCM, sudah terlambat, jadi kita kasih treatment fomepizole, karena obatnya sudah ada, sudah terlambat sehingga pada hari yang sama dia wafat," ujarnya.
Sejauh ini, terdapat dua anak yang dicurigai terkena gagal ginjal akut. Namun, hanya satu yang terbukti mengidap penyakit tersebut.
Hanya saja, yang terkonfirmasi terkena gagal ginjal akut, akhirnya meninggal dunia karena penanganannya terlambat. Budi meyakini, apabila ditangani secara cepat, nyawa anak tersebut bisa diselamatkan.
"Memang kita sudah lama lihat enggak ada kasus, bulan ini ada dua anak yang dicurigai gagal ginjal akut. Yang satu sudah confirm tidak, yang satu confirm iya," ujarnya.
RSCM bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) saat itu langsung mengambil sampel darah dari anak tersebut. Sampel tersebut dikirimkan ke Labkesda DKI dengan hasil terdapat dietilen glikol dan etilen glikol.
"Sebenarnya RSCM sudah ambil sampelnya, karena di sana banyak dokter anak dan berkerja sama dengan IDAI, kemudian mengirimkan sampelnya ke Labkesda DKI. Hasilnya, baik di anaknya dan darahnya ada dietilen glikol dan etilen. Di sampelnya juga ada dengan kadar yang di atas (ambang batas)," ucap Budi.