Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membuka kemungkinan vaksin diperoleh bebas oleh masyarakat seperti layaknya membeli obat di apotek pada 2022.
Menurutnya, pada 2022, masyarakat dapat memilih sendiri merek vaksin berbayar yang ingin digunakan. Sebab, untuk booster tahun depan, pemerintah hanya menggratiskan 91,8 juta jiwa saja bagi peserta BPJS Kesehatan untuk golongan penerima bantuan iuran (PBI).
"Ini rencana vaksin tahun depan. Jadi rencananya, ini masih rencana Bapak Ibu, kita perlu memfinalkan lagi dengan teman-teman di pemerintah," kata Budi Gunadi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/9).
Selain 91,8 juta jiwa yang dibiayai pemerintah melalui APBN, warga yang masuk kategori pekerja bukan penerima upah (PBPU) yang selama ini dibiayai daerah melalui APBD tetap mendapat booster ketiga vaksin pada tahun depan.
"Sedangkan rakyat yang masuk kategori PBPU yang selama ini dibayar oleh pemda juga akan kita alokasikan dana untuk dosis ketiga," jelasnya.
Sisanya, lanjut Budi, ialah vaksin mandiri di mana Kemenkes membuka peluang adanya pembelian vaksin melalui apotek. Vaksin tersebut sudah mendapat Use Emergency Authorization (UEA) dari badan kesehatan dunia, WHO.
"Sisanya kita harapkan akan terbuka business to business biasa. Rakyat bisa bisa membeli vaksinnya sendiri. Jenis vaksinnya nanti akan kita tentukan yang sudah mendapat Use Emergency Authorization, UEA dari WHO dan orang-orang bisa meilih vaksinnya apa seperti sama seperti beli obat di apotek. Jadi ini kita akan buka pasarnya agar masyarakat bisa membeli booster vaksin apa," jelasnya.
Menurut Budi, pemerintah bakal menyiapkan setidaknya 241,3 juta dosis vaksin booster di 2022 untuk 212,7 juta masyarakat Indonesia. Ia juga memastikan, pemerintah akan memprioritaskan pembelian vaksin Covid-19 produksi dalam negeri.
Ia kemudian menyebut sejumlah kriteria vaksin Covid-19 dalam negeri tersebut. Pertama penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 dilakukan Indonesia sehingga menghasilkan bibit vaksin sendiri. Kedua, menggunakan bahan baku vaksin dari Indonesia, dan ketiga pengemasan vaksin juga dilakukan di Indonesia.
"Vaksin tahun depan yang akan menjadi prioritas dibeli negara adalah yang diproduksi negara," ujarnya.
Budi menyebut saat ini estimasi kapasitas produksi vaksin dalam negeri sebanyak 462 juta dosis untuk mencukupi kebutuhan vaksinasi program pemerintah dan mandiri. Menurutnya, sepanjang Januari-Desember 2022 terdapat sejumlah timeline pengembangan produksi vaksin dalam negeri.
Untuk vaksin Merah Putih dari Unair dengan platform inactivated virus dan vaksin Merah Putih dari LBM Eijkman dengan platform protein based akan memproduksi setidaknya 120 juta dosis selama 2022.
Kemudian vaksin produksi Bio Farma (Vaksin BUMN) dengan platform protein based, memproduksi 77 juta. Lalu vaksin produksi JBio-Zifivax dengan platform protein based sebanyak 50 juta dosis, dan vaksin Bio Farma yang memproduksi bulk Sinovac dengan 138 juta dosis.
Lalu vaksin produksi Kalbe Farma dengan olahan Sinopharm sebanyak 55 juta dosis. Selanjutnya, vaksin berteknologi mRNA produksi PT Etana hasil transfer teknologi dengan Yuxi Walvax Biotechnology, China, sebanyak 12 juta dosis. Serta, vaksin Genexine produksi Kalbe Farma sebanyak 10 juta dosis.