Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md tengah fokus membahas pembebasan lima warga negara Indonesia (WNI) yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Mahfud mengaku bersama menteri terkait lainnya terus melakukan langkah-langkah upaya pembebasan lima nelayan yang disandera oleh kelompok Abu Sayyap. Sejauh ini pemerintah telah membebaskan 39 sandera yang diculik Abu Sayyaf.
"Kita lakukan langkah-langkah pembebasan. Ada lagi yang terbaru 5 orang diculik oleh Abu Sayyaf," ujar Mahfud, di Surabaya, Rabu (29/1/2020).
Mantan Menkumham era Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menjelaskan, Pemerintah Indonesia akan membicarakan hubungan diplomatik lagi dengan Negara Filipina untuk pembebasan sandera lima nelayan.
Menurut mantan Ketua Mahkamah konstitusi era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, agar tidak terjadi kembali penculikan dan penyanderaan WNI, khususnya nelayan, Pemerintah Indonesia melakukan hubungan diplomatik yang lebih ketat.
Dengan begitu, sambung Mahfud, Nelayan yang berada di perairan Indonesia, Malaysia, atau Filipina dapat jaminan keselamatan
"Kita akan bicarakan lagi untuk hal ini, setelah tiga sandera bebas sebelumnya," pungkasnya.
Sebelumnya, hilangnya kapal ikan milik Malaysia berawak delapan WNI di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, pada Kamis 16 Januari 2020 pukul 20.00 waktu setempat, terkonfirmasi sebagai kasus penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Konfirmasi didapat ketika kapal ikan dengan nomor registrasi SSK 00543/F masuk kembali ke perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, dari arah Filipina pada 17 Januari 2020 pukul 21.10 waktu setempat
"Di dalam kapal itu terdapat tiga anak buah kapal (ABK) kapal WNI yang dilepaskan penculik, sementara lima ABK WNI lainnya dibawa kelompok penculik," sebut Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan tertulisnya.