Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, secara tersirat menolak peleburan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) kementerian ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), termasuk yang ada di bawah instansinya.
Pernyataan tersebut disampaikan saat peresmian fasilitas pertanian presisi modern farming di Kompleks Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor, Jawa Barat (Jabar), pada Kamis (9/12). BBSDLP berada di bawah Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan Kementan).
Fasilitas tersebut dilengkapi teknologi modern. Pun disebut dapat memacu keinginan masyarakat agar mau bercocok tanam secara canggih.
Pertanian presisi, yang berada di Gedung Puspita Farm 1 dan 2, telah sukses memproduksi berbagai jenis sayuran, seperti pakcoy, cabai, dan melon. Konsep tersebut rencananya dikembangkan ke seluruh pelosok daerah.
"Makanya saya tidak setuju kalau Litbang dipindahkan ke tempat lain. Kenapa? Karena tidak ada riset dan varietas tanaman unggul tanpa penelitian. Pertanian itu bisa berkembang kalau peran Litbang optimal," ucapnya dalam keterangan tertulis.
Pemerintah melebur seluruh institusi penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan kementerian/lembaga (litbangjirap K/L) ke dalam BRIN. Hingga kini, realisasinya baru pada penggabungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Di sisi lain, SYL, sapaannya, menerangkan, sektor agraria terbukti mampu menjadi pemicu kebangkitan ekonomi nasional saat tertekan di tengah pandemi Covid-19. Karenanya, masyarakat diharapkan membangun bidang ini.
"Selama dua tahun pandemi berlangsung, sektor pertanian Indonesia diam-diam mampu menghapus air mata rakyat yang sama-sama menghadapi turbulensi ekonomi," tuturnya.
Menurut politikus Partai NasDem itu, banyak cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk menghasilkan profit yang menjanjikan dari sektor ini. Membangun pertanian perkotaan (urban farming) dengan memanfaatkan lahan kosong dan menggunakan teknologi, misalnya.
"Masih banyak tanah yang harus kita garap. Khusus di Pulau Jawa, saya berharap, bisa lebih kuat dengan sistem intervensi dan teknologi agar produktivitasnya meningkat," paparnya.
Kepala Balitbangtan Kementan, Fadjri Jufri, menambahkan, kebutuhan pangan saat pandemi sangat dibutuhkan masyarakat dunia. Karena itu, perlu inovasi yang bisa memacu produktivitas.
"Pertanian presisi ini semacam pilot project pertanian masa depan, apalagi kita sudah punya teknologi dan pengembangan varietas unggul. Semua sudah kita siapkan," tandasnya.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, sebelumnya mengklaim, peleburan litbangjirap K/L ke dalam lembaga yang dinahkodainya untuk memecahkan masalah fundamental riset di Tanah Air. Tidak menghasilkan produk kompetitif di tingkat global, salah satunya.
"Yang kita lebur itu entitasnya bukan tugas dan fungsinya. Tugas dan fungsi kita pertahankan,” ucapnya dalam webinar, beberapa waktu lalu.