Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menyarankan masyarakat menerapkan jaga jarak minimal dua meter untuk meminimalisasi terpapar coronavirus baru (Covid-19). Pangkalnya, SARS-CoV-2 dapat menular melalui udara (airborne), sebagaimana penumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Kemungkinan airborne ini saya tidak ikut menentang karena itu bisa saja terjadi. Itu, kan, berarti bahwa justru social/physical distancing kita semakin jauh. Semakin besar. Dulunya satu meter, sekarang jadi dua meter," ujar Wakil Kepala LBM Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, Herawati Sudoyo, dalam webinar, Jumat (24/7).
Menurutnya, disrupsi akibat penularan Covid-19 melalui udara menunjukkan bakal banyak kemungkinan yang perlu diantisipasi ke depannya. Karenanya, banyak yang mengkhawatirkan saat kenormalan baru (new normal) diterapkan, apalagi beberapa orang mengabaikan protokol kesehatan saat beraktivitas di luar ruang.
Eijkman pun cemas pelonggaran ataupun penghentian pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan memicu penularan Covid-19, sehingga menyebabkan gelombang kedua (second wave).
"Sekarang akan ada ledakan lagi, second wave. Kalau memakai istilah second wave itu kesannya mengerikan, tetapi yang jelas pasti ada ledakan,” tuturnya.
Dia mengingatkan, penting mengedepankan sains dalam penanganan pandemi. Namun, pemerintah masih mengabaikannya, khususnya perspektif ilmu kesehatan.
"Selama ini memang ada gap antara sains dan pembuat kebijakan. Maka, sebaiknya pembuat kebijakan itu berdasarkan evidence based, bukan berdasarkan sesuatu yang sesaat atau karena diperlukan saja, tetapi diperlukan juga masukan yang sudah memiliki bukti-bukti nyata," urainya.
Herawati lantas meminta pembuat kebijakan mendengarkan rekomendasi ilmuwan. Jika tidak diterima, perlu argumen rasional. Apalagi, para ilmuwan terus-menerus mengingatkan pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sebanyak 95.418 orang terkonfirmasi tertular Covid-19 hingga 24 Juli, pukul 12.00. Artinya, mengalami penambahan 1.767 kasus dalam sehari terakhir.
Dari 95.418 orang, sebanyak 5.3945 pasien dinyatakan sembuh, 4.665 meninggal, dan sisanya masih menjalani perawatan.