close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Umat Hindu menyambut perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1940/Antara Foto
icon caption
Umat Hindu menyambut perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1940/Antara Foto
Nasional
Sabtu, 03 Maret 2018 17:08

Meriahkan Nyepi, Bali gelar lomba pembuatan "ogoh-ogoh"

Lomba Pembuatan "ogoh-ogoh" diikuti oleh 182 peserta lomba.
swipe

Bali kembali menggelar lomba pembuatan boneka raksasa atau yang dikenal dengan sebutan "ogoh-ogoh" dalam rangka memeriahkan Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1940.

"Ogoh-ogoh" merupakan sebuah karya seni patung dalam kebudayaan Bali, yang terdapat dalam ajaran Hindu, dan menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam Wikipedia, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram mengatakan setidaknya Lomba Pembuatan "ogoh-ogoh" diikuti oleh sekelompok pemuda atau "sekaa teruna" masing-masing banjar yang merupakan bentuk mewujudkan kreativitas dalam seni budaya Bali. Setidaknya, terdapat 182 peserta lomba pembuatan "ogoh-ogoh" tersebut.

"Pendaftaran lomba telah dibuka pada 22 Januari sampai 22 Februari 2018 lalu," ujar dia.

Sejumlah peserta yang mengikuti gelaran lomba tersebut tersebar dari beberapa kecamatan di Denpasar yang meliputi Kecamatan Denpasar Timur sekitar 58 peserta, Denpasar Barat 38 peserta, Denpasar Utara sebanyak 48 orang, serta Denpasar Selatan setidaknya terdiri dari 38 peserta.

Dari 182 peserta lomba, akan dipilih sebanyak 32 pemenang lomba, yang terbagi menjadi delapan kelompok di masing-masing kecamatan atau wilayah dengan hadiah sebesar Rp 10 juta rupiah. Sedangkan peserta yang telah meraih nominasi dalam dua tahun berturut-turut, tidak akan diikutkan kembali dalam penilaian lomba selanjutnya.

Dalam syarat mengikuti perlombaan tersebut, Ngurah Mataram menyebutkan "ogoh-ogoh" harus terbuat dari bahan yang ramah lingkungan seperti kayu, kertas, ulat-ulatan bambu, dan bahan lainnya yang tidak berpengaruh terhadap lingkungan. Juga tidak boleh terbuat dari sterofoam atau gabus dan spon.

Larangan menggunakan bahan-bahan tersebut karena saat menganyam bambu ada sifat gotong-royong. Selain itu juga sebagai salah satu upaya menjaga budaya Bali dan "ogoh-ogoh" agar tetap menjadi ajang pergaulan dan tukar pikiran mengenai rancangan bangun membuat teknik boneka raksasa sesama anggota.

Sedangkan untuk ukurannya, boneka raksasa tersebut harus memiliki bentuk dan tinggi minimal 3 meter dan maksimal 5,5 meter. Kawat jaring hanya boleh digunakan sebagai aksesoris "kamen" (berbentuk kain), saput, selendang, dan rambut. Tidak hanya itu, penggunaan karet sandal hanya boleh diletakkan pada gelang, kame dan bandong.

Tidak hanya teknik dalam merancang desain pembuatan boneka, akan tetapi juga filosofi yang berasal dari agama Hindu yang menjadi dasar dalam pembuatan "Ogoh-ogoh".

Nantinya, peserta lomba akan diberikan kesempatan untuk melakukan pawai, yang dijadwalkan oleh masing-masing desa atau kelurahan.

"Untuk rute dan jadwal, ditentukan oleh desa atau kelurahannya masing-masing," katanya. Pawai Boneka Raksasa tersebut, setidaknya telah dilaksanakan sejak tahun 2014.

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan