Anggota Komisi XI DPR RI Willy Aditya mengingatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memblokir aktivitas pinjaman online (Pinjol) ilegal. Ia berharap OJK tidak hanya menyasar ke judi online semata.
Willy mengatakan, pinjol ilegal masih meresahkan masyarakat. Pengawasan terhadap aspek pinjol sangat diperlukan untuk memastikan kondisi masyarakat tetap tenang.
"OJK diharapkan lebih proaktif lagi menindak jasa keuangan ilegal dan meresahkan,” kata Willy dalam keterangan, dikutip Selasa (17/10).
Terlebih, kata Willy, telah viral di media sosial seorang warga bunuh diri karena diduga terlilit hutang Pinjol. Dalam narasi pada video itu disebut korban awalnya meminjam uang Rp9 juta namun ia wajib mengembalikan Rp19 juta dalam kurun waktu yang singkat.
Wakil Ketua Badan Legislasi ini memandang, kejadian itu menjadi bukti pemerintah belum memperketat penegakan aturan hukum terhadap penyelenggara Pinjol. Belum lagi, banyak dari mereka yang sangat membebankan peminjam.
Salah satu yang menjadi sorotannya adalah terkait cara penagihan dan biaya-biaya siluman. Kemudian tambahan beban biaya-biaya lain di luar kewajaran berdasarkan aturan.
"Belum lagi cara tagih yang meresahkan. Ini kan yang harus diawasi, kalau perlu cabut izin Pinjol yang semena-mena, dan blokir penyebarannya di media digital Indonesia," ucapnya.
Willy mendorong adanya revolusi digital perbankan untuk mengatasi fenomena ini. Keamanan, privasi dan keterpercayaan harus menjadi kunci kebijakan digitalisasi keuangan dan perbankan. Di samping itu, aturan hukum yang melindungi nasabah juga perlu diperkuat bersamaan dengan penguatan usaha keuangan digital.
"Dengan adanya revolusi digital, mau tidak mau harus ada blue print dan white print yang tegas tentang jaminan perlindungan nasabah yang harus diperhatikan Pemerintah," ujar politikus Fraksi NasDem itu.
Lebih lanjut, Willy menilai bahwa selain faktor kebutuhan yang mendesak faktor lain yang menjadi penyebab banyaknya masyarakat beralih ke Pinjol adalah karena masalah inklusi keuangan yang setengah hati. Willy menyampaikan bahwa masyarakat biasa masih kerap kesulitan mengakses keuangan dari lembaga formal, seperti perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya.
"Sehingga muncul pinjol ilegal yang menawarkan proses mudah, cepat, dan dalam jumlah besar yang berujung permasalahan sosial. Sehingga sekarang ini pinjol ilegal semakin banyak dan semakin tidak terawasi," papar legislator Dapil Jawa Timur XI itu.
Oleh karenanya, Willy mengingatkan agar Pemerintah menggalakkan inklusi dan literasi keuangan kepada masyarakat. Ia menilai, rendahnya literasi dan inklusi keuangan menyebabkan individu maupun rumah tangga meminjam secara berlebih kepada pinjol yang memiliki biaya kredit lebih tinggi.
"Akibatnya pinjol menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan utang rumah tangga di Indonesia. Ini kan sungguh di luar perkiraan kita semua," ungkap Willy.
Willy juga mendorong dibentuknya tim khusus dari pihak Pemerintah, OJK dan aparat penegak hukum untuk pengetatan regulasi fintech. Dijelaskannya bahwa tim khusus nantinya ini dapat mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah pinjol dan judi online.
"Baik itu pinjol ilegal dan judi online merupakan fenomena sosial meresahkan, untuk itu perlu sinergitas lintas kementerian dan lembaga yang disatukan dalam satu payung hukum untuk memberantas itu semua," tuturnya.
Sebelumnya, pada mulai akhir September 2023 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan perintah memblokir rekening yang terlibat aktivitas tersebut kepada perbankan. Hal tersebut merupakan tindak lanjut dari upaya pemberantasan judi online yang dinilai meresahkan masyarakat. Dilaporkan pada Oktober 2023, OJK dan perbankan telah melakukan pemblokiran pada sekitar 1.700 rekening yang terindikasi berafiliasi dengan kegiatan judi online.