Muhammadiyah menggelar ajang penghargaan terhadap karya-karya jurnalistik terbaik yang menggambarkan peran dan kiprah organisasi Islam tersebut pada tingkat lokal. Ini merupakan pertama kalinya digelar oleh organisasi yang namanya diambil dari Nabi Muhammad itu.
"Dengan adanya Fachrodin Award ini, secara langsung kami bisa mengetahui variasi perkembangan Muhammadiyah di wilayah Indonesia secara keseluruhan," jelas Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad di sela-sela webinar "Keteladanan Tokoh Lokal: Kontribusi Muhammadiyah Memajukan Negeri" pada Sabtu (19/12).
Dadang menjelaskan ajang tersebut juga digunakan untuk mengapresiasi Haji Fachrodin, tokoh yang memelopori penerbitan majalah Suara Muhammadiyah sebagai alat perjuangan.
"Fachrodin adalah tokoh gigih. Pada waktu itu, beliau tidak menjalani pendidikan formal, tetapi secara autodidak belajar membaca dan menjadi orang pintar," jelas dia.
Maka dari itu, lanjut Dadang, pendidikan dan budaya melestarikan literasi menjadi bagian dari perjuangan Muhammadiyah.
"Suara Muhammadiyah sendiri didirikan pada 1915," ungkapnya. "Sejak awal, budaya tulis menulis menjadi bagian dari kehidupan kami di Muhammadiyah."
Menurut Dadang, masyarakat Indonesia masih lemah dalam melestarikan budaya menulis dan membaca. Untuk itu, perlu perhatian bersama untuk membangkitkan gairah melestarikan literasi.
"Muhammadiyah menaruh perhatian terhadap melek literasi, budaya membaca, dan menulis. Indonesia kurang beruntung karena tradisi ini mendapatkan hambatan," ujar Dadang.
Menurut dia, para pemenang Fachrodin Award awalnya akan diumumkan pada puncak Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang digelar di Surakarta pada 1-5 Juli 2020 lalu. Namun, acara tersebut terpaksa ditunda hingga 2022 karena adanya pandemi.
"Saya mendukung agar Fachrodin Award digelar bukan hanya tahun ini, tetapi tahun-tahun yang akan datang juga diadakan sebagai bentuk penghargaan demi merangsang kader Muhammadiyah untuk menulis dengan benar," kata Dadang.