Cendekiawan Muslim Nahdlatul Ulama (NU), Ulil Abshar Abdalla, menyebut Musyawarah Nasional (Munas) ke-X Majelis Ulama Indonesia (MUI) paling menegangkan.
"Seorang teman yang ikut dalam Munas MUI terakhir ini, dan terlibat dalam beberapa munas sebelumnya, mengatakan: Ini adalah Munas paling menegangkan yang pernah ia ikuti, walau acaranya tidak seramai biasanya, karena adanya pandemi," ujar Ulil melalui akun media sosialnya, Sabtu (28/11).
Sumber ketegangannya, lanjut Ulil, adalah karena adanya resistensi kubu "konservatif" dalam MUI yang mau "digusur" oleh kubu penyegaran.
"Tetapi kubu penyegaran ini akhirnya bisa memenangkan pertarungan," bebernya.
Menurutnya, pertarungan yang paling menentukan adalah di Tim Formatur Munas MUI yang berjumlah 17 orang dan berwenang menentukan pengurus MUI baru.
"Tujuh di antaranya mewakili unsur MUI daerah. Ketujuh wakil daerah ini berhasil di-"aman"-kan oleh tokoh-tokoh (sebut saja) penyegaran MUI ini," lanjutnya.
Namun demikian, lanjut dia, ada da dua hal yang menggembirakan dari susunan kepengurusan baru Majelis Ulama Indonesia melalui Musyawarah Nasional MUI tersebut.
"Jika kita telaah susunan pengurus MUI yang baru ini, ada dua yang menggembirakan. Pertama, nyaris tak ada lagi tokoh konservatif non-moderat, kecuali satu-dua di Dewan Pertimbangan. Di Dewan Pimpinan, semuanya adalah sosok-sosok yang moderat, bahkan ada yang progresif," lanjutnya.
Kedua, sambung dia, masuknya sejumlah kiai yang cukup progresif yang disebut mereka sebagai sosok "maqashidiyyun".
"Artinya para kiai substansialis yang berpikir dengan kerangka teori maqashid al-syariah (tujuan-tujuan pokok agama)," ungkapnya.
Dia menambahkan, dengan "dibersihkannya" MUI dari sosok-sosok yang dinilai konservatif non-moderat yang selalu melontarkan pernyataan "bermasalah" juga dinilai sudah menggembirakan.
Untuk diketahui, Munas ke-X Majelis Ulama Indonesia, Kamis (26/11) malam, telah menetapkan pengurus baru untuk periode 2020-2025. Namun, ada sejumlah pengurus MUI lama tak muncul alias tergeser dari kepengurusan MUI kali ini.
Di antara nama-nama yang tak nongol pada kepengurusan MUI kali ini adalah mereka yang selama ini kritis terhadap kebijakan pemerintah. Misalnya Din Syamsuddin, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan(Wantim) MUI periode 2015-2020. Kini, posisi petinggi KAMI tersebut diisi oleh KH Ma'ruf Amin.
Nama lainnya yang tak muncul adalah Tengku Zulkarnain yang periode sebelumnya menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal MUI. Pun nama Zaitun Rasmin juga tak ada dalam deretan nama Wakil Sekretaris Jenderal MUI.
Berikut ini daftar lengkap Dewan Pimpinan Harian MUI periode 2020-2025 di bawah kepemimpinan Ketua Umum MUI yang baru terpilih, KH Miftachul Akhyar.
Dewan Pimpinan Harian MUI Pusat
Ketua Umum MUI : KH. Miftachul Akhyar
Wakil Ketua Umum MUI 1 : Dr. Anwar Abbas
Wakil Ketua Umum MUI 2 : KH. Marsudi Syuhud
Wakil Ketua Umum MUI 3 : Drs. H. Basri Bermanda, MBA.
Ketua MUI KH. Masduki Bidlowi
Ketua MUI Dr. Yusnar Yusuf Rangkuti
Ketua MUI Prof. Noor Achmad
Ketua MUI KH. Abdullah Jaidi
Ketua MUI KH. Afifuddin Muhajir
Ketua MUI KH. Dr. Sodikun
Ketua MUI Dr. Lukmanul Hakim
Ketua MUI KH. Sholahuddin Al Aiyubi
Ketua MUI Prof. Amany Lubis
Ketua MUI KH. Cholil Nafis
Ketua MUI Dr. Jeje Zainuddin
Ketua MUI Dr. Asrorun Niam Sholeh
Ketua MUI Dr. Sudarnoto Abdul Hakim
Ketua MUI Prof. Dr. Utang Ranuwijaya
Wakil Sekretaris Jenderal:
KH. Abdul Manan Ghani
Habib Hasan Bahar
Rofiqul Umam Ahmad
Azrul Tanjung
Asrori S. Karni
Ikhsan Abdullah
Arif Fahrudin
M. Ziyad
Isfah Abidal Aziz
Dr. Badriyah Fayumi
Drs. H. Pasni Rusli
Dr. Abdul Ghaffar Rozin
Prof. Dr. Valina Sinka Subekti
Dr. Fahrur Razi
Bendahara Umum
Misbahul Ulum
Wakil Bendahara
KH. Eman Suryaman
Dr. Rahmat Hidayat
Jojo Sutisna
Trisna Ningsih Julianti
Erni Juliana