Pendiri Yayasan Advokasi Kesehatan Anak Indonesia (YAKAI), dr. Bob Wahyudin mengingatkan kepada seluruh rekannya sesama tenaga kesehatan (nakes), untuk tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang berujung pada biasnya diseminasi informasi terkait Covid-19 kepada masyarakat.
Menurutnya, di tengah situasi pandemi Covid-19 ini seharusnya nakes, selain menjadi garda terdepan dalam menangani pasien harus turut pula berperan dalam memberikan pemahaman positif untuk memerangi informasi palsu (hoaks) terkait Covid-19 yang beredar luas di masyarakat, dan bukan malah terjebak dalam konflik kepentingan.
“Banyak sekali nakes, baik yang termasuk influencer atau bukan, maupun yang dikenal karena ketokohannya sebagai seorang dokter. Itu banyak yang mengalami conflict of interest dalam hal agama, sikap politik, ekonomi dan sebagainya, sehingga dia bias dalam menyikapi Covid ini. Dan pada akhirnya secara tidak sadar menuntun masyarakat untuk mengambil langkah yang salah. Karena ketokohannya sebagai dokter atau influencer tersebut kan akan diikuti oleh masyarakat,” ujarnya dalam video conference, Kamis (4/2).
Saat ini, lanjut dr. Bob, selain digencet dengan terus meningkatnya angka kasus positif, publik juga digencet dengan bertebarannya hoaks tentang vaksin Covid-19. Dia mengakui sangat kesulitan dalam menghadapi banjirnya hoaks tentang vaksin Covid-19 ini.
“Sebelum vaksin datang juga sebetulnya hoaks memang sudah bertebaran. Tetapi, dengan terus munculnya hoaks tentang vaksin Covid-19 ini, malah menyebabkan munculnya pemikiran negatif masyarakat tentang vaksin. Seperti misalnya vaksin berbahaya dan malah menyebabkan tertular, dan itu teramplifikasi karena media sosial. Karena berita negatif yang ada di media sosial itu akan terus disebarluaskan berulang-ulang sehingga membuat publik terpengaruh,” kata Bob.
“Kemudian ada lagi masalah politik di dalamnya, sehingga akhirnya banyak orang-orang yang tidak mau divaksin. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah banyak dokter yang tidak mau divaksin karena ikut terpengaruh sebab terlibat dalam jurang conflic of interest itu tadi,” sambung dia.
Kondisi tersebut tuturnya, malah semakin diperburuk dengan munculnya influencer dari kalangan medis yang turut memfasilitasi hoaks tersebut. Karenanya, ia meminta kepada seluruh rekannya sesama nakes untuk turut serta memerangi hoaks yang beredar, dan terus berfokus untuk menangani pasien tanpa harus terlibat dalam dikotomi konflik kepentingan.
“Hoaks yang paling nyata itu adalah, semua memandang enteng tentang Covid ini pada awalnya. Covid dianggap bukan suatu hal yang berbahaya dan biasa saja. Dan ini maaf saja, hal ini juga diamplifikasi oleh banyak kalangan kita sendiri (nakes) maupun kalangan pemerintah. Sehingga ini bisa dikatakan sebagai upaya bunuh diri, karena masyarakat akan melihat kita sebagai percontohan,” pungkasnya.