Tinggal tersisa sekitar 2.400 sampai 2.800 ekor gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) saat ini. Atau sekitar 20 persen dari populasi 75 tahun yang lalu. Para aktivis konservasi menuding penurunan tajam ini karena deforestasi yang merajalela, perburuan liar, dan konflik manusia-gajah.
Pada tahun 2011, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan gajah Sumatera ke dalam “Daftar Merah” spesies terancam punah. Pada tahun yang sama, base camp pertama dari empat kamp Elephant Response Unit (ERU) dibuka di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, yang kini menjadi hunian bagi 185–210 ekor gajah liar.
Di tengah ancaman kepunahan hewan raksasa, spesies asli Pulau Sumatera ini, gajah betina Riska melahirkan untuk kali kedua selama dipelihara di Kamp ERU/KHS Bungur Seksi Wilayah II TN Way Kambas.
Proses persalinan Riska diketahui berlangsung sekitar pukul 05.30 WIB, Sabtu (11/11). Ia melahirkan bayi gajah jantan yang sehat dengan panjang badan 120 centimeter, lingkaran dada 110 cm, tinggi bahu 93 cm, dan berat badan 108 kg.
Pada tahun 2017 Riska pertama melahirkan anak jenis kelamin betina yang diberi nama Linda. Kali ini bayi keduanya, hasil perkawinan dengan gajah jantan yang turut dipelihara di Kamp ERU bernama Aji.
Sebelum Riska melahirkan untuk kedua kali, tiga gajah betina Wulan, Meli, dan Dona juga ikut menambah populasi tiga ekor bayi Gajah Sumatera di kawasan TN Way Kambas. Jadi, gajah betina yang sudah melahirkan dari awal berdirinya ERU pada 2011 hingga kini, sebanyak enam ekor. Enam bayi gajah itu tentu menambah panjang harapan akan populasi gajah Sumatera.
"Saat ini masih ada dua ekor lagi yang masih bunting. Gajah betina Heli yang kawin dengan Daeng dan Amel yang Kawin dengan Rendi," kata Koordinator ERU Nazaruddin, yang merupakan mahout senior di TN Way Kambas.
ERU berbentuk sebuah satuan tugas khusus di TN Way Kambas yang mengemban program di samping penanganan konflik antara manusia dan gajah, patroli pengamanan dan penyelamatan gajah, juga termasuk menangani peningkatan populasi gajah.
Rerata dalam satu kelahiran gajah, tim ERU melakukan pemantauan karena proses kelahirannya normal dan Riska juga sudah pernah melahirkan. Gajah betina itu dipantau aman dan sehat.
"Riska merupakan gajah dari kawanan yang dipelihara di kamp ERU Bungur," kata Nazaruddin dihubungi Alinea, Sabtu (11/11).
Diungkapkannya, penanganan dari tim ERU dalam kondisi gajah pasca-melahirkan yang terutama adalah perawatan induk diberi pakan secukupnya. Induknya dan gajah-gajah betina yang lain merawat sang bayi bersama-sama sebagai kebiasaan hewan komunal (yang selalu berkumpul dalam satu kawanan).
"Mahout atau pawang gajah bertugas memonitor induk seperti memberi suplemen tambahan dan buah-buahan," kata Nazaruddin, yang pada 2018 dianugerahi penghargaan mahout teladan nasional oleh Presiden Joko Widodo.
Dengan kelahiran bayi dari induk Riska ini Nazaruddin berharap populasi gajah bisa meningkat di mana diakuinya program pemerintah sudah cukup terarah dalam peningkatan populasi satwa liar khususnya gajah.
Nazaruddin, yang kecintaannya terhadap gajah dimulai 40 tahun lalu ketika ia merawat seekor bayi gajah yang diselamatkan setelah terjatuh ke dalam sumur, mengatakan bahwa penanganan konflik manusia-gajah telah berkembang sejak awal tahun 1980-an. Saat itu, upaya seperti Operasi Tata Liman hanya sebatas menggiring gajah liar kembali ke kawasan taman nasional yang dilindungi, namun jarang memberikan edukasi kepada warga desa tentang peran gajah dalam keseimbangan ekosistem.
Sejak didirikan, tim ERU telah melakukan patroli rutin dengan menggunakan gajah jinak yang dilatih di pusat pelatihan gajah TN Way Kambas dan merekrut mahout muda dari desa-desa terdekat. Sebagian besar pekerjaan mereka mengusir gajah liar dari lahan pertanian dan desa, namun kini ditambah upaya pendidikan yang serius.
Hal ini melibatkan pelatihan kelompok masyarakat mengenai strategi mitigasi konflik manusia-gajah, pembangunan menara penjaga, dan pos pengawasan di sepanjang perbatasan taman nasional, yang memudahkan pemantauan pergerakan gajah liar dan memberikan respons jika diperlukan.
“Masyarakat teredukasi dan dilibatkan dalam ERU,” kata Nazaruddin, aparatur sipil negara kelahiran Seluma, Bengkulu.
Diketahui di areal kawasan TN Way Kambas pada musim kemarau baru-baru ini terjadi kebakaran hutan dan lahan yang meluas. Gajah-gajah yang sedang bunting tentu sensitif dengan situasi Karhutla, karena itu tim ERU lebih meningkatkan kewaspadaan. Gajah-gajah selalu digiring agar lebih dekat dengan kamp ERU untuk memastikan keselamatan mereka.