Berdasarkan survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), 231,6 juta atau 87% warga tidak akan bepergian antarkota di akhir tahun 2021. Selama Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, masyarakat yang telah divaksin Covid-19 diperkirakan bepergian ke berbagai lokasi wisata.
Potensi pergerakan tertinggi muncul dari karyawan swasta atau sebesar 27,65%. Kemudian, diikuti pelajar atau mahasiswa 18,27%; pekerja dengan penghasilan harian tau tidak tetap 13,16%, ibu rumah tangga 9,21%; wirausaha/pedagang 9,02%; belum dapat pekerjaan 8,9%.
Asal perjalanan tertinggi tetap dari Kawasan Jabodetabek atau sebesar 34,87%. Kemudian, diikuti Jawa Timur 20,28%; Jawa Tengah 20,17%; Jawa Barat 16,15%; DI Yogyakarta 3,19%; Bali 2,2%; serta Banten 1,43%. Sisanya, 1,71% perjalanan selain 7 daerah itu.
Untuk daerah tujuan perjalanan tertinggi adalah ke Jawa Tengah 24,15%. Disusul Jawa Timur 19,26%; Jawa Barat 18.39%; Jabodetabek 16,54%; DI Yogyakarta 6,89%; Bali 3,91%; Banten 1,96%; Sumatera Utara 1,48%; serta Lampung 1,26%. Sisanya, 6,16% ke daerah lainnya.
Alasan melakukan perjalanan terbanyak adalah pulang kampung 30,2%. Disusul liburan/wisata 24%; jenuh dengan rutinitas selama Covid-19 sebanyak 17,6%; tugas/dinas 15,5%; merayakan Natal di kampung halaman 9,6%; dan tradisi Nataru di luar kota 2,9%.
Sedangkan untuk moda atau sarana transportasi yang digunakan terbanyak sepeda motor 35,4%. Diikuti mobil pribadi 21,7%; angkutan umum bus dan angkot 13,5%; kereta api antarkota 8,4%; pesawat terbang 7,7%; mobil sewa 6,3%; mobil travel 3,4%; kapal laut 1,2%; mobil angkutan sewa khusus (taksi online) 0,8%; kereta perkotaan (KRL, MRT, LRT) 0,7%; angkutan lainnya 0,5%; kapal penyeberangan 0,4%; dan taksi reguler 0,1%.
Kemenhub mencatat, potensi pergerakan Nataru 2021/2022 lebih kecil dibandingkan pergerakan Nataru tahun 2020/2021. Sebanyak 13% diperkirakan melakukan perjalanan antar kota. Pada Nataru 2020/2021, potensi tidak melakukan pergerakan 76%. Sebanyak 24% yang melakukan mobilitas.
“Diperkirakan dipengaruhi berbagai sebab, seperti kondisi saat ini anak-anak sekolah sudah mulai melaksanakan belajar tatap muka, menjadi pertimbangan untuk tidak memilih bepergian,” ujar Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno dalam keterangan tertulis, Kamis (4/11).
Selain itu, karyawan sudah mulai aktif bekerja mendekati normal. Sehingga, memilih tidak bepergian untuk pulang kampung atau liburan Nataru yang menghabiskan uang. Namun, lebih memilih memperbaiki perekonomian keluarga yang sempat terpuruk selama masa PPKM.
Di sisi lain, dicabutnya cuti bersama 24 Desember 2021 menyebabkan libur Nataru menjadi pendek. Kemudian, masih ketatnya persyaratan perjalanan (masa berlaku dan biaya tes swab PCR dan antigen) yang menambah biaya.