close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan cairan disinfektan ke trotoar di Kota Makassar, Sulsel, Minggu (22/3/2020). Foto Antara/Arnas Padda
icon caption
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan cairan disinfektan ke trotoar di Kota Makassar, Sulsel, Minggu (22/3/2020). Foto Antara/Arnas Padda
Nasional
Senin, 23 Maret 2020 11:39

Negara lambat lawan corona, PDIP: Belasan ribu orang akan meninggal

Karenanya, Adian meminta pemerintah membuka keran impor alkes.
swipe

Anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DPR, Adian Napitupulu, meminta pemerintah membuka keran impor alat-alat kesehatan (alkes) untuk penanganan pandemi coronavirus baru (Covid-19). Baik utuh maupun bahan baku. 

Langkah tersebut, menurutnya, mesti dilakukan segera. Guna mencegah dampak terburuk bagi masyarakat: Kematian. Apalagi, puncak penularan SARS-CoV-2 di Tanah Air diprediksi terjadi antara Mei-Juni 2020.

"Jika negara masih lambat bergerak dan penuh dengan birokrasi yang berbelit, jangan kaget jika antara Mei dan Juni nanti, bisa jadi negara harus siapkan banyak eskavator. Karena ribuan, mungkin belasan ribu orang, akan meninggal dunia," ucapnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (23/3).

Alkes yang dibutuhkan beragam. Dari masker, alat pelindung diri (APD), termometer, sarung tangan, pembersih tangan (hand sanitizer), disinfektan, hingga alat tes cepat (rapid test).

Menurut Anggota Komisi I DPR ini, semua pihak yang laik mengimpor mesti diberikan ekstra kemudahan. Selama kriteria dan uji alatnya sesuai standar.

Sementara waktu, pun dibebaskan dari bea impor dan pajak. Agar berbagai alkes tersebut terjangkau. Bisa dibeli siapa pun.

"Dalam situasi ini, kebanjiran lebih baik. Daripada kekurangan," katanya.

Adian berpendapat, langkah tersebut akan mengurangi beban pemerintah dalam pengadaan alkes. Pun takkan "merogoh kantong" negara dalam-dalam.

Pemerintah, bagi dia, cukup sebagai pengontrol kualitas alkes. Juga menyusun patokan harga eceran tertinggi (HET).

"Biarkan saja importir mendapat sedikit untung. Pedagang, bahkan apotik, warung-warung, juga mendapat sedikit untung. Itu tidak masalah. Karena masalah mendesak dan terpenting saat ini, adalah rakyat selamat," tuturnya.

Semua Bergerak
Di sisi lain, dirinya berpendapat, pandemi Covid-19 tak seperti tsunami, banjir, gempa, atau bencana alam lain. Terlokalisasi di satu tempat. Namun, dapat mengorbankan siapa, kapan, dan di mana saja.

Satu-satunya cara memenangkan perang melawan virus asal China ini, ungkap Adian, dapat dilakukan dengan membangun perlawanan bersama rakyat. Dicontohkannya dengan kemudahan mendapatkan alkes.

Lantaran alkes tersedia di mana-mana dengan harga terjangkau, setiap orang akan berperan. Setidaknya dengan membersihkan lingkungan masing-masing.

"Para relawan dan donatur bisa urunan membeli alat medis dari importir dan membagikannya ke puskemas-puskesmas. Jangan kaget juga, ketika tukang sayur yang berkeliling dengan motor dan gerobak sayurnya, berikutnya tidak hanya menjual sayur. Tapi, juga menjual masker dan berbagai jenis APD," tuturnya.

Apabila situasi tersebut terjadi, gerakan melawan Covid-19 bukan lagi milik pemerintah. Namun, segenap elemen.

"Kunci kemenangan kita, adalah gotong royong. Yaitu, semua bergerak bahu-membahu untuk kemenangan. Hingga di akhir cerita nanti, tidak ada menteri, gubernur, atau satu-dua tokoh yang jadi pahlawan. Karena pahlawan sesungguhnya, adalah rakyat itu sendiri," papar dia.

"Bila negara tidak mampu melindungi, maka berikan peluang agar rakyat melindungi dirinya sendiri," tutup Adian.

img
Fadli Mubarok
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan