Kepolisian menyatakan tersangka pelaku terorisme berinisial IA telah berkecimpung di dunia teroris sejak 2019. Awal keterlibatannya ialah saat menjalin komunikasi dan mengajak rekan-rekan di grup media sosial yang ia masuki.
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, keterlibatan IA merupakan inisiatifnya sendiri dan tanpa paksaan. Bahkan, ia menyembunyikannya dari orang tuanya sendiri.
“Kalau keluarganya bilang tidak mengetahui,” kata Ramadhan, di Mabes Polri, Senin (30/5).
Ramadhan menyampaikan, penggalangan dana yang dilakukan IA tidak hanya berdampak untuk memenuhi kebutuhan logistik para anggota teroris. Uang tersebut juga sebagai biaya untuk mengirimkan para anggota dari kelompoknya dalam melakukan kegiatan terorisme.
Pengiriman anggota terorisme itu juga untuk menjalani latihan fisik yang bernuansa militer dan pembelian senjata.
“Jadi pengumpulan dana itu bisa dilakukan dalam kegiatan teroris apa saja,” ujar Ramadhan.
Terkait pengumpulan dana, sebelumnya Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap pengumpulan dana yang kerap mengalir ke kantong ISIS. Cara ini masuk sampai lingkup masyarakat dalam hal pemberian sumbangan.
Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar mengatakan, cara ini juga dipakai IA, tersangka terorisme yang memiliki hubungan dengan ISIS dan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). IA merupakan mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Brawijaya yang menjalankan aktivitas tersebut.
"Beberapa waktu lalu sudah ditangani Densus 88 dan bekerja sama dengan Kemenag (Kementerian Agama) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia). Kami mengharapkan masyarakat dapat lebih waspada dalam menyalurkan sumbangan-sumbangan ke organisasi atau kelompok yang tidak dikenal," kata Aswin saat dihubungi, Rabu (25/5).
Aswin menyampaikan, penyidik tengah menelusuri keberadaan ISIS di Indonesia yang diduga melakukan pengumpulan dana berkedok kegiatan amal atau untuk sumbangan kemanusiaan ke luar negeri. Tidak hanya itu, konten propaganda yang sering disebarkan apalagi oleh IA diduga untuk pengumpulan dana.
"Hal ini sedang dalam penyelidikan Densus 88. Tidak menutup kemungkinan cara pengumpulan dana yang dilakukan Kelompok JI dapat ditiru oleh kelompok lain," ucap Aswin.
Aswin mengungkapkan, kegiatan amaliyah yang direncanakan IA dan kelompok JAD adalah penyerangan ke fasilitas milik kelompok 'thogut', yaitu polisi. Penyerangan tersebut dilakukan dengan senjata api ataupun senjata tajam.
"Caranya dengan fisik dan senjata api atau tajam," ujar Aswin.