close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Polisi di sejumlah wilayah Indonesia meningkatkan pengamanan akibat adanya aksi bom bunuh diri teroris yang diduga mengenakan jaket ojek online di Polrestabes Medan. / Antara Foto
icon caption
Polisi di sejumlah wilayah Indonesia meningkatkan pengamanan akibat adanya aksi bom bunuh diri teroris yang diduga mengenakan jaket ojek online di Polrestabes Medan. / Antara Foto
Nasional
Rabu, 13 November 2019 22:05

Pakai jaket ojek online baru, bomber Medan bawa ransel penuh

Tetangga pelaku bom bunih diri di Polrestabes Medan menyebut pelaku RMN (24) memakai jaket ojek online baru dan membawa tas ransel hitam.
swipe

Tetangga pelaku bom bunih diri di Polrestabes Medan menyebut pelaku Rabbial Muslim Nasution (24) memakai jaket ojek online baru dan membawa tas ransel hitam terisi penuh.

Ledakan bom terjadi di Markas Polres Kota Besar (Mapolrestabes) Medan, Rabu (13/11), sekitar pukul 08.45 WIB. Ledakan diduga merupakan bom bunuh diri.

Terduga pelaku berinisial RMN (24), warga Jalan Marelan, Pasar 1 Rel, Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara.

Berdasarkan keterangan Fahrizal (58), tetangga terduga pelaku, sebelum terjadi insiden dugaan bom bunuh diri, Fahrizal melihat terduga pelaku membawa satu buah ransel terisi penuh.

"Dia bawa ransel hitam. Entah apa isi pun enggak tau. Baru sekali itu dia bawa tas, biasanya enggak pernah bawa tas," katanya saat dijumpai di kediamannya.

Selain itu, Fahrizal juga mengaku melihat terduga pelaku memakai jaket ojek online (ojol) untuk pertama kalinya.

"Baru tadi pula kulihat dia pake baju Grab. Tadi pagi sebelum keluar ditegurnya aku, ditanyanya mau kemana," ujarnya.

Ledakan terjadi di Mapolrestabes Medan di Jalan HM Said Medan, Rabu pagi, sekitar pukul 08.45 WIB.

Ledakan diduga merupakan bom bunuh diri yang dilakukan seorang menggunakan atribut pengemudi ojek online dan meledak di sekitar kantin Polrestabes Medan.

Usai ledakan, petugas melakukan penggeledahan di rumah terduga pelaku dan keluarganya.

Dari hasil penggeledahan di rumah keluarga terduga pelaku, petugas membawa empat orang yakni tiga perempuan dan satu laki-laki.

Sementara dari hasil penggeledahan di rumah terduga pelaku, petugas menyita sejumlah barang yakni dua unit keranjang berwarna hijau yang berisi anak panah, satu buah koper berukuran sedang, satu buah tiang, dan sejumlah berkas.

Deradikalisasi

Sementara itu, Ketua DPR RI Puan Maharani mendorong adanya evaluasi terhadap program deradikalisasi pemerintah. Dorongan tersebut menyusul serentetan aksi teror yang masih terus terjadi di Tanah Air.

Terbaru, aksi teror terjadi di Polrestabes Medan pagi tadi. Atas dasar itu, Puan meminta pemerintah untuk segera bertindak membenahi setiap program deradikalisasi lantaran aksi teror telah semakin berkembang.

“Tentu deradikalisasi ini harus kita evaluasi. Karena ini sudah masuk ke individu-individu ini. Sudah semakin berkembang (secara pola),” papar Puan di Kompleks DPR/MPR Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).

Dikatakan Puan, sebaiknya pihak terkait juga lebih dapat turut berperan untuk bersama-sama melakukan antisipasi teror. Termasuk bagi masyarakat.

Menurut Puan, sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka mencegah aksi teror amat diperlukan. Pasalnya, aksi teror sudah mulai menjamah ke wilayah umum.

"Peran BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) kemudian bagaimana peran kepolisian, TNI. Bukan hanya aparat hukum saja, tapi masyarakat ini karena masuknya itu sudah ke wilayah umum,” kata dia.

Sementara itu, Menteri Koordintor Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD tidak sependapat dengan dorongan Puan. Mahfud lebih menyarankan agar deradikalisasi tidak dievaluasi, melainkan lebih dioptimalkan.

“Program deradikalisasi diperkuat saja (tidak perlu dievaluasi). Karena dari sudut kuantitatif tahun 2017 dan 2018 jauh lebih tinggi dari 2019. Artinya tingkat antisipasi sudah oke, akan tetapi sekarang terjadi perluasan subjek,” paparnya secara terpisah.

Adapun perluasan subjek yang dimaksudkan adalah pola penyerangan yang dilakukan oleh para bomber atau pelaku terorisme yang mulai berubah. Misalnya, ketika dahulu bomber hanya mayoritas laki-laki, sekarang banyak bomber yang wanita, bahkan anak-anak.

"Berarti kualitasnya semakin meluas. Mengerikan lah. Akan tetapi kualitasnya menurun. Berarti tingkat antisipasi dari keamanan dan intelijen sudah cukup, hanya perlu ditingkatkan,” urai dia. (Ant)

img
Fadli Mubarok
Reporter
img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan