Satu keluarga diduga menjadi pelaku teror bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5) pagi. Belakangan terungkap, bahwa sang kepala keluarga, Dita Supriyanto merupakan Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Surabaya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut Dita sebagai orang terlatih. Bahkan, ia mengklaim Dita mengerti dan mengetahui cara menghindari intelijen.
"Mereka orang-orang terlatih, mengerti cara menghindari intelijen kita," jelas Tito seperti dilansir Antara.
Kendati demikian, Tito memastikan timnya sudah mendapatkan buku manual kelompok teroris yang berisi tata cara menghindari komunikasi, bertahan hidup, hingga meng-counter interogasi aparat. Buku tersebut merupakan panduan bagi kelompok teroris yang terus mereka pelajari.
"Mereka berlatih bagaimana cara menghindari deteksi kita," katanya.
Sementara pengamat teroris, Mujahidin Nur memaparkan adanya tren perubahan strategi yang digunakan oleh kelompok teroris. Saat ini, mereka cenderung memanfaatkan kaum hawa untuk beraksi dari yang semula dilakukan oleh pria.
Mujahidin pun mengamati aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh Puji Kuswanti di Surabaya dan penangkapan dua perempuan yang akan melakukan menusuk anggota Mako Brimob beberapa waktu lalu. Hal tersebut sejalan dengan video-video propaganda yang dibuat oleh ISIS dengan memperlihatkan perempuan-perempuan melakukan pelatihan berbagai keahlian tempur baik menembak, memanah, maupun berbagai skill lapangan lainnya.
Direktur The Islah Centre ini menambahkan, selama ini dikenal berbagai istilah yang melibatkan peran perempuan dalam bidang teror ataupun intelijen seperti "Black Widows" di Chechnya, "Black Tiger" di Srilanka, serta fenomena perempuan pada kelompok teror Boko Haram di Nigeria.
"Dan saya pikir ke depan tren perempuan menjadi bagian dalam aksi teror akan banyak terjadi termasuk di Indonesia," paparnya.
Mujahidin menduga, faktor pemicu perempuan mau direkrut sebagai 'pengantin' karena adanya motivasi-motivasi individual seperti bisa balas dendam karena suaminya terbunuh atau dihukum karena tindakan terorisme. Selain itu, strategi tersebut juga menunjukkan wujud kemarahan kelompoknya (ISIS) pada pemerintah atau alasan lain karena merasa terisolasi.
Sedangkan keuntungan yang diperoleh melalui aksi teror oleh perempuan ialah atensi atau pemberitaan media lebih maksimal. Poin lain ialah pelaku teror perempuan lebih mudah melewati pemeriksaan keamanan di lapangan sehingga memudahkan aksi teror yang sudah direncanakan.