close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto ilustrasi Vaksin Covid-19/Foto Pixabay.
icon caption
Foto ilustrasi Vaksin Covid-19/Foto Pixabay.
Nasional
Kamis, 21 Januari 2021 17:34

Pakar biologi molekuler: Nakes tak mungkin antivaksin

Nakes menolak vaksin murni karena ketidakpercayaan pada pemerintah.
swipe

Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo menilai, efikasi (kemanjuran) bukanlah alasan tenaga kesehatan (nakes) menolak vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Nakes, kata dia, tidak mungkin antivaksin. Penolakan nakes lebih disebabkan sikap terlalu terburu-buru pemerintah dalam ‘menggembar-gemborkan’ vaksin Covid-19 ketika transparansinya masih diragukan.

“Saya pun di bulan Oktober dan November 2020 banyak menyuarakan. Pemerintah semestinya tidak mengatakan ini dulu (vaksinasi Covid-19), apalagi sama sekali tidak ada interim analisis,” ucapnya dalam interview ‘Meluruskan Hoaks Vaksin’ bersama Alinea.id, Kamis (21/1).

Namun, urainya, jika masih ada nakes menolak vaksin Covid-19 saat ini, maka murni ketidakpercayaan terhadap pemerintah Indonesia. Sebab, di level data sudah tidak dapat membantu menyakinkan nakes tersebut.

“Seperti like and dislike, memang sangat disayangkan,” tutur Ahmad.

Dia melanjutkan, efikasi (kemanjuran) vaksin Covid-19 buatan Sinovac sebesar 65,3% bukanlah alasan yang tepat untuk menolak. Sebab, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberi persetujuan emergency use authorization (EUA) karena sudah sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau efikasi di atas 50%. Persentase efikasi vaksin Covid-19 juga sangat tergantung metodologi hingga subjek dalam uji klinis.

“Artinya, minimal ada semacam hampir 3 kali lipat ekstra proteksi. Mereka (nakes) hanya menggunakan APD (alat pelindung diri) saja ketika menyelamatkan nyawa (pasien Covid-19). Masa sih menolak ada tiga layer tambahan yang tidak terlihat mata untuk proteksi mereka sendiri. Tidak mudah juga nih mendapatkan vaksin, karena terbatas juga produk global,” ujar Ahmad.

Vaksin Covid-19 yang disuntikan di bahu, lanjut Ahmad, bisa membuat antibodi paling jauh dapat melindungi hingga batas atas paru-paru. Jadi, lanjutnya, seorang penerima vaksin Covid-19 dapat terlindungi dari gejala sedang hingga berat karena sesak napas (atau berhubungan dengan paru-paru).

Namun, sambungnya, masih tetap dapat terinfeksi Covid-19, sehingga masih perlu taat protokol kesehatan (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker).

“Nah, karena virus hanya bisa masuk sedikit (dari hidung enggak sampai paru-paru), orang yang tervaksinasi masih bisa menampakkan gejala ringan,” tutur Ahmad.

BPOM telah memberikan persetujuan izin penggunaan darurat Covid-19 asal China, Sinovac. Pengambilan keputusan persetujuan dikeluarkannya EUA berdasarkan rekomendasi dari hasil rapat pleno Komite Nasional Penilai Obat, Indonesia Technical Advisory Group on Immanuization (ITAGI), dan para ahli epidemiologi.

Pengambilan keputusan itu setelah melewati evaluasi dan diskusi komprehensif dengan dukungan data yang bisa menjamin aspek keamanan, khasiat, dan mutu.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan