close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi HIV/AIDS. Freepik
icon caption
Ilustrasi HIV/AIDS. Freepik
Nasional
Kamis, 01 Desember 2022 20:26

Pandemi Covid-19 hambat penanganan HIV/AIDS di Indonesia

Target 95-95-95 yang disusun Kemenkes pun tidak teralisasi dengan optimal.
swipe

Pandemi Covid-19 dinilai memperlambat upaya eliminasi HIV/AIDS pada 2030. Sebab, membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak optimal dalam mencapai target 95-95-95 dari estimasi 526.815 orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia.

Target 95-95-95 terdiri dari 95% ODHIV hidup dan tahu statusnya, 95% ODHIV menjalani pengobatan, dan 95% ODHIV dengan virus tersupresif. Namun, berdasarkan data September 2022, hanya 417.863 ODHIV (79%) yang hidup dan tahu statusnya, 169.767 ODHIV (41%) yang menjalani pengobatan, dan 27.381 ODHIV (16%) yang virusnya tersupresif.

"Permasalahan saat ini lebih pada bagaimana kita bisa melakukan follow up orang yang positif, lalu masuk pengobatan. Kemudian, yang pengobatan harus dicek juga bagaimana kondisinya," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Imran Pambudi, dalam telekonferensi pers, Selasa (29/11).

Penyakit HIV/AIDS umumnya dirasakan ibu dan anak. Sayangnya, hanya sekitar 7.800 anak 12 tahun ke bawah dengan HIV dari total sekitar 12.500 yang memperoleh pengobatan.

ODHIV yang masih berusia anak masih sangat bergantung kepada orang tua. Imran menyebut, adanya gap antara anak yang terjangkit HIV/AIDS dan yang sudah mengakses ARV terletak pada akses pengetahuan dan layanan kesehatan ibunya.

Dirinya mengungkapkan, sekitar 2 juta dari estimasi 5,2 juta hibu hamil yang melakukan penapisan (screening) HIV. Sang ibu yang didapati positif HIV kerap enggan mengungkapkan kepada keluarga.

"Kalau positif, ditanya, 'Kamu kena [HIV] dari mana?' Ini suatu hal yang sangat berat untuk dijawab. Beberapa kasus menimbulkan pertengkaran dalam keluarga. Ujungnya, ibu dan bayi tidak bisa akses obat gara-gara permasalahan seperti ini," tuturnya.

Selain itu, P2PM Kemenkes juga menemukan perempuan di beberapa daerah masih menggantungkan pengambilan keputusan pada laki-laki atau keluarga. Ini juga menghambat akses terhadap obat.

Adanya berbagai tantangan dalam mencegah HIV/AIDS di Indonesia diakui anggota panel ahli HIV/AIDS & IMS Kemenkes, Santoso Edi Budiono. Dicontohkannya dengan anggapan edukasi soal kondom berarti menghalalkan seks bebas.

Selain itu, masih kuatnya stigma negatif yang masih melekat pada HIV/AIDS. Karenanya, Kemenkes mengupayakan edukasi HIV/AIDS lewat orang seusia atau sebaya agar upaya ini berjalan lebih optimal.

img
Atikah Rahmah
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan