Ketua Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel Capim KPK) Yenti Ganarsih menepis tudingan pansel meloloskan kandidat pimpinan KPK yang dititipkan. Menurut dia, tidak ada intervensi terhadap kinerja pansel selama ini.
"Tidak ada titipan. Yang jelas, kalaupun ada, tidak sampai ke pansel. Tidak ada yang menyampaikan titipan siapa dan bagaimana," kata Yenti dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) di ruang rapat Komisi III, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/9).
Menurut Yenti, pansel telah bekerja semaksimal mungkin dalam menyeleksi 10 kandidat yang paham persoalan KPK selma ini. Ia pun memastikan pansel tidak 'masuk angin'.
"Kalaupun ada (titipan), kita abaikan saja. Orang nitip, ya, boleh saja. Tetapi, yang penting kami tidak hiraukan titipan itu," kata Yenti.
Wakil Ketua Komisi III Herman Hery menilai kinerja pansel sudah cukup profesional. "Bahwa ada yang puas dan tidak puas, itulah hidup ini. Semuanya (karena) keterbatasan sebagai manusia," kata dia.
Sepuluh capim KPK dijadwalkan untuk mengikuti uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) selama tiga hari di Gedung DPR terhitung sejak Senin (9/9). Seleksi oleh DPR dimulai dengan
tes pembuatan makalah.
Pantauan Alinea.id, seleksi pembuatan makalah dibuka oleh pimpinan Komisi III Azis Syamsudin. Usai dibuka sekitar pukul 14.15 WIB, tampak para capim KPK langsung berkutat dengan laptop masing-masing.
Azis mengatakan, hasil pembuatan makalah akan menjadi bahan Komisi III untuk menggelar uji kepatutan dan kelayakan selanjutnya. "Fit and proper test-nya dua hari, Selasa dan Rabu," ujar Azis.
Dari sepuluh kandidat, hanya komisioner KPK periode 2014-2019
Alexander Marwata yang berstatus petahana. Sembilan nama lainnya merupakan pendatang baru, semisal Firli Bahuri (Polri), I Nyoman Wara (auditor BPK), dan Johanis Tanak (jaksa).
Selain itu, ada nama Lili Pintauli Siregar (advokat), Luthfi Jayadi Kurniawan (dosen), Nawawi Pomolango (hakim), Nurul Ghufron (dosen), Roby Arya (PNS) dan Sigit Danang Joyo (PNS).