Pantau banjir, Kepala BNPB kunjungan kerja ke Kalbar dan Kalteng
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen TNI Suharyanto melakukan kunjungan kerja guna meninjau kondisi banjir di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah, Sabtu (20/11).
Lokasi pertama yang akan dikunjungi Suharyanto adalah Kabupaten Sintang di Kalimantan Barat, guna melihat perkembangan penanganan dan mengecek langsung bantuan serta dukungan yang disalurkan beberapa waktu lalu telah diterima kepada penerima hak.
Sejalan dengan itu, Kepala BNPB juga akan memastikan agar penanganan tanggap darurat berjalan dengan baik dan mendapatkan informasi di lapangan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Setelah meninjau banjir di Kabupaten Sintang, Suharyanto kemudian akan langsung bertolak menuju Provinsi Kalimantan Tengah untuk giat yang sama, yakni meninjau banjir yang melanda Kota Palangka Raya dan Pulang Pisau.
Kehadiran Kepala BNPB Mayjen TNI Suharyanto di tengah bencana itu juga menjadi wujud respons cepat atas arahan Presiden Joko Widodo agar BNPB bekerja lebih keras. Sebab, sebagian besar wilayah Indonesia saat ini mengalami musim penghujan ditambah adanya fenomena La Nina, yang mana hal itu kemudian juga dapat membawa dampak potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang.
Selain itu, kegiatan peninjauan langsung ke lapangan tersebut juga menjadi wujud komitmen kepala BNPB untuk selalu hadir di tengah bencana dalam waktu sesingkat-singkatnya, sebagaimana yang diucapkan Mayjen TNI Suharyanto dalam keterangan resmi usai dilantik.
"Pada saat terjadi bencana, BNPB akan hadir dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk membantu agar masyarakat yang terdampak bencana ini segera mendapat pertolongan dan segera mendapat hak-hak hidup yang mendasar," ujarnya, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (20/11).
Dalam kunjungan kerja tersebut, Kepala BNPB juga didampingi oleh perwakilan dari BMKG serta pejabat eselon 1 dan 2 serta Tenaga Ahli BNPB.
Kondisi banjir di Kalimantan Barat
Banjir di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) terjadi sejak Oktober 2021 dan masih berdampak hingga Kamis (18/11). Kejadian yang melanda tiga kabupaten di provinsi ini, menimbulkan pengungsian namun sebagian warga memutuskan kembali setelah tinggi muka air genangan berangsur surut.
BPBD Kabupaten Melawi melaporkan Kamis (18/11), tinggi muka air mengalami penurunan 50 hingga 100 cm. Kondisi ini membuat warga yang mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing. Data terakhir warga yang mengungsi saat itu berjumlah 773 jiwa. Di samping itu, memastikan kesehatan warga yang kembali, pemerintah daerah bersama dengan TNI dan Polri memberikan pengobatan gratis, seperti yang terjadi di Kecamatan Pinoh.
Dampak korban jiwa di Kabupaten Melawi tercatat 28.278 KK atau 108.455 jiwa terdampak dan 4 warga meninggal dunia, sedangkan kerugian material mencakup rumah terdampak 27.621 unit dan fasilitas umum 104 unit.
Lokasi terdampak banjir di kabupaten ini yaitu Kecamatan Menukung, Tanah Pinoh, Tanah Pinoh Barat, Nanga Pinoh, Sayan, Pinoh Selatan, Pinoh Utara, Ella Hilir, Belimbing, Belimbing Hulu dan Sokan.
Wilayah lain yang terdampak di Provinsi Kalbar yaitu Kabupaten Sintang. Banjir yang melanda sejak Kamis (21/10), pukul 10.00 WIB itu berdampak pada 12 kecamatan. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Sintang pada hari ini, Kamis (18/11), tinggi muka air berangsur surut 50 cm, sedangkan di kawasan bantaran Sungai Melawi mengalami penurunan yang sama sekitar 50 cm.
Dampak terakhir yang tercatat oleh BPBD Kabupaten Sintang yaitu populasi terdampak 33.818 KK atau 112.962 jiwa, warga mengungsi 7.545 KK atau 25.884 jiwa. Mereka yang mengungsi berada di 32 pos pengungsian. Korban meninggal dunia sebanyak 4 jiwa.
Terkait dengan kerugian material, pihak BPBD setempat masih terus melakukan pendataan di lapangan. Data sementara per hari ini menyebutkan rumah terdampak 35.807 unit, jembatan rusak berat 5 unit, jembatan rusak sedang 1 unit dan gardu padam 61 unit. Total jumlah gardu yang sempat padam berjumlah 77 unit, sedangkan 16 unit telah berfungsi normal.
Dua belas kecamatan terdampak di Kabupaten Sintang yaitu Kecamatan Sintang, Kayan Hulu, Kayan Hilir, Binjai Hulu, Tempunak, Kelam Permai, Sei Tebelian, Ketungau Hilir, Sepauk, Dedai, Serawai dan Ambalau. Menurut identifikasi BPBD kabupaten, masih ada desa yang terisolir akibat banjir meluas ini.
Laporan BPBD Kabupaten Sekadau menyebutkan genangan berangsur surut di beberapa wilayah. Seiring dengan kondisi tersebut, sebagian warga yang sempat mengungsi kembali ke rumah masing-masing. Pengungsian warga yang tercatat sebanyak 915 KK atau 3.311 jiwa. Pusdalops BNPB masih menunggu data terkini jumlah warga yang masih mengungsi maupun titik-titik wilayah yang genangan banjirnya mulai surut.
Dampak banjir di wilayah ini tercatat populasi terdampak berjumlah 5.518 KK atau 19.601 jiwa dan warga meninggal dunia 1 jiwa. Sedangkan kerugian material BPBD masih terus melakukan pemutakhiran data infrastruktur terdampak. Data sementara tercatat jumlah rumah terdampak mencapai 5.518 unit
Pemerintah Kabupaten Sekadau masih menetapkan status tanggap darurat di wilayahnya hingga 30 November 2021. Kondisi ini dapat diperpanjang apabila kondisi semakin memburuk. Selama masa tanggap darurat ini, pemeirntah daerah melayani warga terdampak, khususnya mereka yang masih mengungsi.
Kecamatan terdampak dengan sejumlah desa ini, antara lain Kecamatan Sekadau Hilir, Belitang, Belitang Hilir dan Sekadau Hulu.
Kalimantan Tengah
Banjir masih merendam Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapus, Provinsi Kalimantan Tengah, hingga Kamis (18/11). Kondisi ini diperburuk dengan cuaca hujan dengan intensitas sedang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas memutakhirkan data pada Kamis siang, pukul 13.50 WIB, yang menyebutkan genangan di wilayah Kecamatan Mantangai masih bertahan. Tinggi muka air berkisar 40 hingga 150 cm. Sedangkan genangan yang teridentifikasi di desa-desa terdampak lainnya, seperti di Kecamatan Mandau Talawang dan Kapuas Hulu terpantau surut.
Kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Timpah, tinggi muka air tampak mengalami penurunan berkisar 10 sampai dengan 30 cm.
Sementara itu, BPBD Kabupaten Kapuas juga selalu memantau dan melakukan koordinasi dengan pihak desa maupun kecamatan terkait kondisi warga maupun genangan di wilayah terdampak. BPBD melaporkan hingga saat ini tidak ada korban akibat banjir di wilayahnya.
Data yang dihimpun BPBD Kabupaten Kapuas hingga Kamis (18/11), mencatat 2.670 KK atau 8.112 jiwa terdampak, sedangkan kerugian material mencakup infrastruktur terdampak rumah 1.455 unit, fasilitas pendidikan 30 unit, fasilitas kesehatan 7 unit, tempat ibadah 29 unit, fasilitas umum 25 unit serta akses jalan 43 titik yang masih terendam.
Wilayah terdampak banjir sejak Jumat lalu (5/11), pukul 21.30 WIB, antara lain Kecamatan Mandau Talawang (Desa Jakatan Masaha), Kecamatan Kapuas Hulu (Desa Supang).
Kecamatan Pasak Talawang (Desa Dandang, Jangkang, Kaburan, Hurung Kampin, Tumbang Tukun, Tumbang Nusa, Tumbang Diring).
Kecamatan Kapuas Tengah (Desa Pujon, Tapen, Marapit, Kota Baru),
Kecamatan Mantangai (Desa Lapetan, Tabore dan Tumbang Mangkutup)
Kecamatan Timpah (Desa Tumbang Randang)