Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengungkapkan, Sulawesi Barat telah memberlakukan masa tanggap darurat tingkat provinsi.
"Tadi pagi telah ditetapkan status tanggap darurat di tingkat provinsi," jelas Raditya dalam pengarahan media secara virtual pada Sabtu (16/1).
Gempa mengguncang Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene Sulbar, selama dua hari. Pertama kali, gempa dirasakan pada Kamis (14/1) sekitar pukul 14.30 WITA dengan kekuatan M5,9.
Setelah itu, gempa kembali mengguncang Sulbar dan sejumlah provinsi tetangga dengan kekuatan M6,2 pada Jumat (15/1), pukul 02.28 WITA.
Raditya menuturkan, gempa susulan terjadi pada pagi ini (16/1) dengan M5,0 pukul 06.32 WIB.
"Gempa dirasakan cukup kuat sekitar lima hingga tujuh detik, warga sempat panik dan ke luar rumah," ungkap dia.
Selain di Kabupaten Mamuju dan Majene, gempa juga berdampak pada Polewali-Mandar.
"Dampak dari gempa di Majene ada sembilan orang meninggal dan 37 di Mamuju sehingga total 46 orang meninggal dunia dan 826 lainnya luka-luka," lanjut Raditya.
Dia menyatakan, ada sejumlah titik longsor di Majene, salah satunya merupakan jalur poros Majene-Mamuju yang kini aksesnya sudah pulih dan bisa dilakui kendaraan.
Selain itu, di Majene ada sekitar 415 rumah rusak dalam proses pendataan, satu unit puskesmas rusak berat, jaringan listrik sebagian sudah menyala, dan jaringan komunikasi seluler yang belum stabil.
Sementara di Mamuju, Hotel Maleo mengalami kerusakan parah, kantor Gubernur Sulawesi Barat rusak berat, rumah warga rusak dalam proses pendataan, satu unit mini market rusak berat, serta jaringan listrik padam sebagian dan sudah mulai dinyalakan.
"Kepala BNPB telah menyerahkan bantuan sebesar Rp4 miliar untuk mengatasi bencana, Rp2 miliar untuk provinsi dan Rp1 miliar untuk masing-masing Majene dan Mamuju," kata Raditya.
Berdasarkan hasil diskusi BNPB dengan Kementerian Sosial RI, pengungsian akan difokuskan di lokasi sekitar stadion di Mamuju dan sekitar kantor gubernur di Majene. Saat ini, proses evakuasi masih berjalan.
BNPB mengerahkan empat helikopter di BPBD Majene, Mamuju, dan Polewali-Mandar untuk mengambil data demi membantu proses pendirian tempat pengungsian.
Raditya menegaskan, karena terjadi di tengah pandemik Covid-19, upaya penanganan bencana Sulbar dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengendali Operasi Bambang Surya Putra menjelaskan, berdasarkan laporan PLN yang sedang melakukan recovery di Mamuju, saat ini kondisi pasokan listrik telah 59% hidup.
"Kendala utama hanya jaringan distribusi yang sekarang sedang fokus dikerjakan agar bisa menghidupkan seluruh listrik di rumah-rumah, khususnya bagi rumah yang tidak terdampak secara signifikan dari gempa," tutur dia.