close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Petugas kepolisian berjaga di lokasi terjadinya ledakan yang diduga bom di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Kota Siboga, Sumatera Utara, Selasa (12/3).  Antara Foto
icon caption
Petugas kepolisian berjaga di lokasi terjadinya ledakan yang diduga bom di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Kota Siboga, Sumatera Utara, Selasa (12/3). Antara Foto
Nasional
Rabu, 13 Maret 2019 12:10

Pelibatan keluarga dalam aksi terorisme senjata mematikan

Pelibatan keluarga dalam kasus terorisme karena adanya keterbatasan sumber daya manusia.
swipe

Peneliti Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas), Alim Asghar, mengatakan pelibatan keluarga dalam menjalan aksi terorisme seperti yang terjadi di Sibolga, Sumatra Utara, merupakan senjata yang mematikan. Pasalnya, pelibatan keluarga dalam kasus terorisme memuat unsur tak terduga.

“Siapa yang akan mencurigai seorang anak kecil membawa bom dan hendak meledakkan diri,” kata Ali ketika dihubungi di Jakarta pada Rabu, (13/3).

Menurut Ali, pelibatan keluarga dalam kasus terorisme karena keterbatasan sumber daya manusia. Namun demikian, modus pelibatan keluarga untuk aksi terorisme bukanlah sesuatu hal yang baru. Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi pada 2018 di Surabaya, Jawa Timur. Keluarga terduga teroris di Surabaya itu menargetkan jemaat Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro Surabaya sebagai korbannya.

Ali menjelaskan, lingkungan terdekat seorang teroris khusunya suami adalah keluarganya sendiri, sehingga tidak menutup kemungkinan jika sang suami dalam melakukan aksi jihadis tersebut mengajak istri dan anaknya.

Selain itu, dari aspek lingkungan tempat tinggal juga bisa mempengaruhi pemikiran seseorang untuk menerima paham radikalisme. Karenanya, Ali mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai ulama yang doyan menebar kekerasan, tau ulama yang mengajak orang untuk bertindak radikal.

“Kita patut mewaspadai ulama yang menebar kekerasan dengan memanfaatkan dalil agama untuk membenarkan aksi terorisme,” kata Ali.

Seperti diketahui, istri dari Husein alias Abu Hamzah, terduga teroris di Sibolga, Sumetara Utara memutuskan meledakkan dirinya sendiri bersama anaknya saat terkepung polisi sekitar pukul 02.00 WIB.  Namun, tidak diketahui secara pasti jumlah ledakan bom tersebut hingga mengakibatkan keduanya tewas.

Sementara  terduga teroris Abu Hamzah sudah diamankan lebih dulu oleh Densus 88 pada Selasa (12/3) sore. Di saat yang sama, istri Abu Hamzah ketika itu memilih bertahan di rumahnya bersama dengan seorang putranya yang masih berusia tiga tahun. 

Berbagai upaya sudah dilakukan polisi, termasuk membujuk agar istri Abu Hamzah mau menyerahkan diri, apalagi terdapat anaknya pula yang masih balita. Namun, upaya itu tak diindahkannya. Istri Husein memilih meledakkan diri bersama anaknya saat dini hari.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan