Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII bersama Pempov Jawa Timur dan Pemkab Jember masih melakukan pembersihan reruntuhan ruko yang ambles di Jalan Sultan Agung, Kaliwates, Jember.
Diperkirakan pembersihan akan selesai pada tiga hari ke depan. "Perkiraan semoga tidak ada cuaca buruk, ekstrem paling lambat tiga hari selesai perbaikannya," tutur Kepala BBPJN VIII, Ahmad Subki, dikonfirmasi, Selasa (3/3/2020).
Subki mengaku untuk sementara solusi yang harus dikerjakan adalah Pemkab Jember bersama Pemprov Jatim dan BBPJN VIII, harus bersama-sama membersihkan bekas reruntuhan ruko yang jatuh ke sungai. Jika tidak dibersihkan akan mengganggu aliran sungai. Begitu hujan deras akan mengakibatkan banjir dan bisa menggenangi Jember.
"Hasil rapat kordinasi dengan bupati dihadiri Dandim, termasuk perwakilan warga, satu bagaimana supaya runtuhan ruko yang jatuh ke sungai segera disingkirkan. Karena kalau tidak disingkirkan, begitu ada banjir itu menutup banjir dan se-Kota Jember banjir semua," tegasnya.
Adik kandung Menkopolhukam Mahfud MD itu menegaskan, problem dalam pembersihan bekas runtuhan ruko adalah peralatan sulit masuk ke sungai. Sementara sepanjang jalan banyak utilitas yakni tertanam pipa PDAM, kabel Telkom, dan PLN.
Perbaikan ini akan memutuskan sementara aliran listrik PLN, dan Telkom. Begitu juga halnya jaringan air PDAM yang melayani 3000 KK tentunya juga diputus.
Dalam pembongkaran harus dibuat pengamanan terhadap pipa PDAM karena sepanjang jalan akan dilalui alat berat bangunan. Dengan begitu, pembongkaran tidak bisa dilakukan sekarang.
"Kalau PLN sudah mungkin kalau sementara waktu diputus, ya diputus. Tinggal air karena pelayanan jangan sampai putus terganggu sedikitpun," pintanya.
Setelah pembersihan sudah dilakukan dan tepi badan jalan di beton, BBPJN melakukan pembetonan jalan. Selanjutnya BBPJN melakukan pengaspalan sepanjang jalan tersebut.
Sementara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat turun langsung meninjau lokasi bencana longsor di Jalan Sultan Agung, Selasa (3/3) tengah malam hingga dini hari mengatakan, bersama tim sudah melakukan beberapa pembahasan soal Kali Jompo ini, karena posisi rukonya memang sudah berisiko tinggi hingga akhirnya saat intensitas hujan tinggi sebagian ruko ambruk ke sungai.
"Berbagai rekomendasi tim PUPR menunjukkan bahwa kita harus melakukan pembongkaran pada bangunan ruko di bantaran sungai yang tersisa sekaligus mengganti jembatan kali jompo," kata Khofifah usai peninjauan.
Dari total 31 ruko yang ada di bantaran Sungai Kali Jompo, sepuluh di antaranya ambruk masuk ke badan sungai. Sedangkan 21 sisanya akan segera dilakukan pembongkaran dengan sistem merobohkan ke arah Jalan Sultan Agung.
Khofifah menegaskan, pembongkaran ini harus diambil agar bangunan ruko tidak dirobohkan ke arah sungai karena membahayakan pemukiman yang ada di bawah sungai yang lebih rendah.
Untuk itu, untuk sementara waktu, Khofifah meminta warga juga memaklumi jika Jalan Sultan Agung ditutup untuk perobohan dan evakuasi bangunan antara dua minggu sampai dua puluh hari.
Khofifah meminta agar alat berat yang digunakan untuk perobohan bangunan ruko tersisa tidak sampai melebihi kapasitas kekuatan jalan. Mengingat di bawah jalan ini ada pipa PDAM yang mengaliri sekitar 3.000 pelanggan.
"Jangan sampai, karena ada pipa yang kemudian bisa pecah sehingga mengganggu distribusi air bersih ," kata Khofifah.
Di lapangan, total ada tiga unit eskavator yang beroperasi melakukan evakuasi reruntuhan material ruko. Juga ada breaker dan dumptruck serta crane.
Hari ini, rencananya akan ada tambahan breaker dan crane yang didatangkan oleh Kementerian PUPR khusus untuk membantu mengevakuasi ruko yang ambruk ke badan sungai agar lebih mudah diangkut ke atas.
"Sejak pagi kemarin saya dan pak wagub berkoordinasi dengan Pak Subki, dan Kementerian PUPR agar penyelesaian bisa dilakukan secara integratif. Yaitu antara tim dari Pemkab, Pemprov dan Kementerian PUPR karena kewenanangannya memang berbeda beda," terang mantan Menteri Sosial ini.