Pemerintah terus mengupayakan penanganan bencana pascagempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penanganan ini juga meliputi kebutuhan dasar dan khusus untuk anak-anak yang menjadi korban gempa.
Upaya pemenuhan kebutuhan anak terdampak gempa dilakukan melalui kolaborasi sejumlah instansi. Salah satu yang jadi perhatian adalah kebutuhan terkait edukasi.
Plt. Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, Aris Darmansyah mengatakan, saat ini pemerintah sedang menginventarisir segala kebutuhan darurat pada sektor pendidikan. Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Teknis Penanganan Pasca Gempa Cianjur Pada Sektor Pendidikan dan Penanganan Anak secara daring, Rabu (30/11).
"Pada sektor pendidikan, saat ini pemerintah terus berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan yang sangat mendesak. Mulai dari penyiapan lokasi sekolah darurat hingga sarana pendukung pembelajaran darurat lainnya," kata Aris.
Diketahui gempa berkekuatan M 5,6 yang mengguncang Cianjur pada Senin (21/11) mengakibatkan kerusakan infrastruktur publik, termasuk ratusan bangunan sekolah. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terganggu.
Sampai dengan saat ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menyalurkan sejumlah bantuan pendidikan.
Kepala Biro Umum, Pengadaan Barang, dan Jasa Kemendikbudristek, Triyantoro mengatakan, bantuan tersebut di antaranya berupa 75 tenda kelas darurat, 20 tenda keluarga, 500 set meja lipat, 71 School In The Box , dan 2.500 paket perlengkapan belajar siswa (School Kit).
Triyantoro menyampaikan, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam memberikan bantuan pendidikan bagi para korban yang terdampak.
"Partisipasi aktif masyarakat baik dalam memberikan sumbangsihnya maupun membantu penyaluran bantuan pendidikan ini sangat kita harapkan," ujarnya.
Selain itu, dilakukan juga upaya perlindungan dan pendampingan terhadap anak-anak korban bencana alam. Perlindungan ini diberikan, mengingat anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena masalah psikologis pascagempa.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Femmy Eka Kartika Putri mengatakan, salah satu bentuk perlindungannya melalui dukungan Psikososial Anak.
"Dukungan Psikososial pada anak ini dilakukan untuk mengurangi perasaan trauma pasca terjadinya gempa serta memberikan ketenangan dan meningkatkan toleransi diantara korban," tutur Femmy.
Perlindungan tersebut diupayakan melalui kolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar, mengatakan pihaknya telah mengirimkan tim pendamping dalam rangka penyelenggaraan perlindungan khusus anak di situasi darurat bencana.
"Kami juga telah mengirimkan tim pendamping dan telah mendirikan Tenda Ramah Perempuan dan Anak untuk menyelenggarakan layanan dukungan psikososial," ungkap Nahar.
Ada pun penyelenggaraan layanan dukungan psikososial dilakukan pada lima kecamatan terdampak gempa. Kelima wilayah tersebut yaitu Kecamatan Cugenang, Kecamatan Cianjur, Kecamatan Warungkondang, Kecamatan Gekbrong, dan Kecamatan Pacet.
Di sisi lain, pemenuhan kebutuhan dasar dan khusus anak juga telah dilakukan. Di antaranya meliputi kebutuhan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, layanan kesehatan, belajar dan rekreasi, jaminan keamanan, serta persamaan perlakuan.