DPRD Pasuruan minta pemerintah aktifkan kembali BRIN Watukosek
DPRD Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, meminta pemerintah mengaktifkan kembali Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Watukosek. BRIN Watukosek merupakan salah satu ikon dan kebanggaan Kabupaten Pasuruan.
"Saya prihatin mendengar kabar ini. Padahal, diketahui bersama BRIN Watukosek ini banyak sekali prestasi dan manfaatnya. Kami minta jangan ditutup," kata Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan Sudiono Fauzan usai beraudiensi dengan komunitas astronomi yang tergabung dalam Forum Komunikasi Astronomi Amatir Lintas (Fokalis) Jawa Timur, Rabu (15/2).
DPRD Kabupaten Pasuruan, kata Fauzan, akan berkirim surat ke Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Komisi VII DPR, mitra BRIN di legislatif. Fauzan juga menyarankan agar Fokalis Jatim beraudiensi dengan Provinsi Jatim.
Dalam audiensi juga dibahas pengubahan BRIN Watukosek menjadi Kawasan Kemitraan Eksternal (KKE). Ini menandai kawasan tidak lagi menjadi wilayah kerja pegawai BRIN. Kawasan nantinya akan dikelola bersama mitra, baik kementerian, lembaga, pemda atau swasta.
Menurut Fauzan, pengubahan status ini membutuhkan diskusi yang serius dan kajian mendalam bersama Pemerintah Provinsi Jatim. "Terutama terkait anggaran supaya keberlanjutannya terjamin," jelas dia.
Didiskusikan juga kemungkinan eks BRIN Watukosek menjadi science park. Menurut Fauzan, mengubah jadi sains park itu mudah. Yang sulit adalah menjaga eksistensi, pengelolaan, dan pemeliharaan. Perlu ada kolaborasi dengan pemerintah kabupaten dan Provinsi Jatim.
Seperti diberitakan, BRIN Watukosek menghentikan operasinya per 31 Januari 2023. Pengumuman berhenti operasi diunggah lewat akun instagram @brinpasuruan. Ini menandai akhir 35 tahun keberadaan salah satu unit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang bernama Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) sebelum integrasi ke BRIN.
Urgensi BRIN Watukosek
Menurut Ketua Fokalis Jatim Muchammad Toyib, alasan penutupan BRIN Watukosek itu tidak diketahui sivitas yang ada di dalamnya. Penutupan tanpa disertai alasan yang logis. Penutupan ini kesalahan fatal.
Karena itu, ia bersama komunitas astronomi amatir di Jawa Timur yang bertahun-tahun bekerja sama dengan BRIN Watukosek meminta bantuan DPRD Kabupaten Pasuruan agar aspirasinya disampaikan ke pemerintah pusat. "Kalau bisa, Presiden Jokowi membatalkan penutupan tersebut," kata dia.
BRIN Watukosek, jelas Toyib, adalah salah satu pusat riset dan penelitan yang banyak keunggulan dan kelebihannya. BRIN Watukosek adalah salah satu tempat pengamatan matahari milik Indonesia yang membanggakan.
Hal serupa pernah disampaikan eks Kepala BPAA Watukosek Dian Yudha Risdianto. BRIN Watukosek adalah satu-satunya balai di Indonesia yang mengukur dinamika ozon lewat balon. Memang ada rencana alat-alat pengukuran itu dipindah ke Purwodadi, kawasan koleksi ilmiah.
Masalahnya, jelas Yudha, kawasan baru ini belum tentu layak untuk pengukuran dinamika ozon. "Harus dilakukan kajian arah angin, kecepatan angin, dan yang lain. Belum tentu layak. Jika pun layak, ini harus memulai dari nol lagi. Data-data dinamika ozon BRIN Pasuruan juga akan terputus," kata Yudha kepada Alinea.id, Sabtu, 2 Februari 2023.
Kantor BRIN di Timau, Nusa Tenggara Timur, juga belum sepenuhnya siap. Baik dari sisi SDM maupun piranti teleskop untuk pengamatan matahari. Sementara pengamatan matahari di BRIN Pasuruan sudah berlangsung tiga siklus atau 33 tahun. Teleskop yang ada pun tak mungkin dipindah.
"Kalau pengamatan 33 tahun atau tiga siklus lalu dipindah, harus dimulai dari awal lagi. Ini akan sia-sia dan terpotong," jelas Yudha.
BRIN Watukosek merupakan 1 dari 40 stasiun pengamatan matahari di dunia yang berpusat di Belgia. BRIN Watukosek juga menjadi satu-satunya balai riset di Indonesia yang ikut bekerja sama dengan Southern Hemisphere Additional Ozonesondes (Shadoz) yang digagas NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) dengan identitas Watukosek. Bahkan, di seluruh dunia, pengamatan ozon hanya bisa dilakukan di 14 lokasi di 14 negara.
BRIN Watukosek siap aktif kembali
Menurut pegiat sains Yulianto Indra Setiawan, BRIN Watukosek siap diaktifkan kembali. Kesimpulan itu dia dapat dari diskusi dengan berbagai pihak, termasuk eks sivitas BRIN Watukosek. "Jika BRIN Watukosek tutup permanen, akan berdampak besar pada iklim riset dan juga menyebabkan penurunan signifikan terhadap edukasi bidang keilmuan astronomi di Indonesia (utamanya di Jatim)," kata dia usai audiensi.
Seluruh data penelitian yang tersimpan di BRIN Watukosek, jelas Indra, dipastikan berada pada kondisi aman dan tercadangkan dengan baik. Ini bukti dedikasi dan kinerja totalitas pegawai, staf, peneliti BRIN.
"Walaupun BRIN Watukosek sudah tutup, seluruh data penelitian masih dalam kondisi utuh 100%. Tidak ada data yang hilang akibat carut marut penutupan. Semuanya sudah terekam sebelum ditutup," jelas dia.
BRIN Watukosek, jelas Indra, berada di lokasi yang sangat strategis dan sangat sulit dicarikan penggantinya. Ada di ketinggian yang cukup, yakni perbukitan dan sangat direkomendasikan untuk bidang astronomi.
Ini bisa menekan debu dan asap, mengurangi getaran dari aktivitas masyarakat setempat, mengurangi polusi bayangan (pada siang hari) dan polusi cahaya (pada malam hari), dan memudahkan pengawasan.
BRIN Watukosek, kata Indra, juga jauh dari permukiman padat penduduk. Ada beberapa bahan di bidang astronomi yang dikategorikan high risk explosive yang membahayakan jika disimpan di area padat penduduk.
Lokasinya juga jauh dari jalan raya utama terpadat (Surabaya – Malang) dan jalan tol. "BRIN juga ada di area pepohonan jambu mete. Pohon jambu mete sangat menunjang bidang astronomi di samping fungsi menjaga ekosistem biologis (penghijauan) karena menyerap polusi debu," kata dia.
Selain itu, tambah Toyib, BRIN Watukosek memiliki teleskop khusus penelitian Matahari dengan berat 4 ton yang terbesar se-Asia Tenggara, dan 2 ton. Ini menjadi rujukan negara negara lain.
"Pertimbangan yang satu ini tidak boleh diremehkan. Alat-alat penelitian astronomi butuh akurasi sangat tinggi karena objek yang menjadi fokus penelitian berjarak sangat jauh di angkasa," jelas Toyib.
Yang juga membanggakan, BRIN Watukosek sudah menjalin kerjasama internasional dengan beberapa lembaga penelitian internasioal. Salah satunya NASA yang bekerja sama dalam bentuk realtime data sharing. Untuk menjalin kerja sama itu harus memenuhi syarat yang berat.
"“Lembaga penelitian internasional tidak akan bersedia bekerja sama dengan lembaga dalam negeri jika tidak saling menguntungkan. BRIN Watukosek ini sangat istimewa," papar Toyib.
BRIN Watukosek ini memiliki keunggulan yang “tidak dimiliki” dan “dibutuhkan” lembaga-lembaga internasional. Keunggulan tersebut tidak bisa terwujud jika pindah koordinat.
Juga kerja sama dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat, Solar Influences Data Analysis Center (SIDC) Belgia, dan National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ) Jepang.
Jenis-jenis data penelitian yang di-sharing secara realtime oleh pihak BRIN Watukosek, kata Toyib, antara lain flare, sunspot, early warning sun activity, ozon permukaan, ozon total, dan ozon vertikal.
Kegiatan kerja sama harian dengan empat lembaga besar skala internasional itu sekarang berhenti total akibat penutupan BRIN Watukosek. "NASA sudah mengirim surat rekomendasi ke Pemerintah Indonesia agar BRIN Watukosek dibuka kembali. Penutupan ini menjadi sorotan dan isu internasional," jelas Toyib.