close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pengungsi Syiah Sampang/Foto Facebook Handy Gunawan
icon caption
Pengungsi Syiah Sampang/Foto Facebook Handy Gunawan
Nasional
Kamis, 05 November 2020 17:43

Amnesty: Pemerintah harus pastikan pengungsi Syiah Sampang pulkam dengan aman

Pengungsi Syiah pulang ke Sampang setelah delapan tahun mengungsi.
swipe

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan, pemerintah harus memastikan pengungsi Syiah bisa kembali pulang ke kampung halaman (pulkam) dengan aman, sukarela dan bermartabat.

"Terlepas apakah pengungsi Syiah itu memutuskan untuk tetap pada keyakinan mereka atau mengikuti keyakinan mayoritas,” ujar Usman dalam keterangan tertulis, Kamis (5/11).

Pemerintah sebagai pengelola negara, sambung Usman, seharusnya berada di garda terdepan untuk melindungi keamanan dan kemerdekaan tiap warganya untuk memeluk agama sesuai keyakinan.

"Bukan justru menyerah pada pihak-pihak yang intoleran dan melanjutkan praktik diskriminasi,” bebernya.

Aparat penegak hukum, jelas dia, harus mengambil langkah-langkah efektif untuk memastikan perlindungan menyeluruh kepada semua penganut agama dan kepercayaan minoritas di Sampang secara khusus, dan di seluruh Indonesia secara umum.

“Seluruh warga, tanpa terkecuali, harus dilindungi dan diberikan ruang untuk mempraktikkan keyakinan mereka secara bebas dari rasa takut, intimidasi, dan serangan,” pungkas Usman Hamid.

Untuk diketahui, pada Kamis 5 November hari ini, dilakukan pembaiatan warga Syiah yang mengungsi delapan tahun di Sidoarjo, Jawa Timur. Pembaiatan yang dilakukan di Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur itu difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Sampang, setelah Tajul Muluk, pemimpin komunitas Syiah di Madura, mengirim surat bermaterai kepada Pemerintah Kabupaten Sampang yang berisi permohonan baiat kembali ke ajaran Sunni, pada tanggal 10 September 2020.

Dari laporan media, Tajul Muluk menyatakan terdapat lebih dari 300 warga Syiah yang berkomitmen memeluk Sunni, dan beberapa keluarga yang tetap menganut Syiah. Tajul menyampaikan, tidak ada tekanan dari pihak manapun atas keputusannya dan ia juga tidak memaksa pengikutnya untuk memeluk Sunni.

Kasus kekerasan terhadap komunitas Syiah di Sampang bermula sejak tahun 2006,  muncul kembali di tahun 2011, dan memuncak pada 2012 di mana sekelompok massa melakukan pembakaran, kekerasan dan pengusiran terhadap warga Syiah Sampang, tepatnya di Desa Karang Gayam dan Blu’uran. Ratusan rumah terbakar dalam peristiwa itu, puluhan orang luka-luka dan satu orang meninggal.

img
Fathor Rasi
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan