Keberadaan masker di pasaran semakin langka di pasaran setelah terjadi wabah coronavirus. Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodhawardhani menyatakan, pemerintah telah mengantisipasi hal tersebut.
"Itu pasti. Soal kelangkaan masker dan segala macam itu kita sudah antisipasi," kata Jaleswari kepada wartawan di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (2/3).
Meski demikian, Jaleswari tidak menjelaskan antisipasi apa yang dilakukan pemerintah menghadapi situasi ini. Hanya saja, dia memastikan pemerintah akan melakukan tindakan agar kebutuhan masker dapat terpenuhi. Begitu juga kebutuhan lain untuk mengantisipasi peredaran coronavirus.
"Pasti kami bertindak untuk bagaimana pemenuhan untuk publik bisa terpenuhi," ucapnya.
Peredaran masker saat ini semakin langka di pasaran. Kondisi ini terjadi sejak coronavirus mewabah secara global. Jika pun ada, pedagang mematok harga sangat tinggi. Satu boks masker N95 yang biasa dijual Rp200.000 berisi 20 lembar, saat ini dihargai Rp2 juta.
Terkait penggunaan masker, mayoritas masyarakat percaya penggunaan masker bisa melindungi dari virus infeksi pernafasan coronavirus atau COVID-19. Namun demikian, pada kenyataannya penggunaan masker tidak 100% efektif melindungi tubuh dari virus yang terdeteksi pertama kali di Wuhan, China.
Pada Minggu (14/2), Deputy Director Program for Overseas Program dari Peace Winds Japan (PWJ) Saito menyatakan, virus masih bisa masuk meskipun masyarakat menggunakan masker. Saito mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian masker agar lebih efektif menangkal virus.
“Pengguna harus tahu bagaimana cara mengenakan dan melepas masker dengan benar. Jika Anda mengenakan masker biasa, bagian luarnya masih dapat terpapar virus. Maka untuk melepasnya, jangan sentuh maskernya, tetapi copotlah masker melalui talinya. Lalu jika sudah, langsung buang dan jangan menyentuh lembaran maskernya," ujar Saito dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id di Jakarta.
Hari ini, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, mengumumkan temuan kasus infeksi coronavirus pertama di Indonesia.
"Minggu yang lalu ada informasi bahwa ada orang Jepang yang ke Indonesia, kemudian tinggal di Malaysia. Dicek di sana ternyata positif corona. Tim dari Indonesia langsung menelusuri orang Jepang ini ke Indonesia bertamu ke siapa, bertemu dengan siapa, ditelusuri, dan ketemu," kata Prresiden di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (2/3).
"Setelah ditemukan, ternyata orang yang terkena virus corona ini berhubungan dengan dua orang. Seorang ibu yang umurnya 64 dan putrinya yang berumur 31 tahun, dicek oleh tim kita ternyata pada posisi yang sakit," kata Presiden melanjutkan.
"Dicek, dan tadi pagi saya mendapatkan laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona."
Ini kali pertama Indonesia memastikan adanya positif coronavirus. Sebelumnya, banyak pihak menyangsikan Indonesia nihil kasus coronavirus.
Sejumlah negara mempertanyakan status Indonesia bebas Covid-19. Seperti Australia, Singapura, dan yang terakhir Arab Saudi. Negara-negara itu melarang warganya berpelesiran ke nusantara dan sebaliknya. Arab Saudi bahkan secara resmi melarang jemaah asal Indonesia untuk melakukan umrah sejak pekan lalu.
Peneliti Universitas Harvard, Amerika Serikat, juga menyebut adanya potensi kasus coronavirus yang tak terdeteksi di Indonesia. Padahal sebaran vius baru ini semakin meluas hingga ke lebih 60 negara.