Upaya penanganan bencana pascagempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar), terus dilakukan berbagai pihak lintas sektor. Salah satunya terkait dengan penanganan kerugian material atau bangunan rumah warga yang mengalami kerusakan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, mengatakan, kerusakan yang cukup masif membuat pelaksanaan pengungsian bagi masyarakat terdampak akan berlangsung cukup lama. Kendati demikian, pendataan sudah mulai dilakukan untuk memetakan rumah-rumah yang mengalami rusak ringan, sedang, berat, termasuk yang direlokasi.
"Rumah rusak berat secara paralel dilakukan pendataan supaya segera bisa dibangun. Yang relokasi sudah dapat tanah sekitar dua hektare. Ini pun oleh Kementerian PUPR akan dimatangkan lahannya. Mudah-mudahan dalam minggu depan segera dibangun," kata Suharyanto dalam keterangan pers, Minggu (27/11).
Adapun ketentuan ini akan disampaikan lebih lanjut sambil menunggu informasi dari BMKG terkait potensi gempa susulan. Apabila dipastikan kondisi sudah aman, masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan ringan atau sedang diharapkan dapat berangsur-angsur kembali ke kediaman masing-masing sembari memperbaiki kerusakan.
Sementara itu, bagi warga yang rumahnya mengalami rusak berat, dapat kembali ke rumahnya untuk menyelamatkan harta benda yang tersisa atau membersihkan puing-puing sebelum dibangun ulang.
Suharyanto mengatakan, masyarakat yang rumahnya rusak berat akan mendapatkan dana tunggu hunian dari pemerintah selama rumah mereka dibangun ulang.
"Masyarakat yang rumahnya rusak berat, rumahnya, kan, hancur, makanya pilihannya bisa menumpang atau ngontrak di saudaranya dan diberi dana tunggu hunian," ujarnya.
Disampaikan Suharyanto, opsi lain yang juga disediakan adalah masyarakat yang rumahnya rusak berat dan tak memiliki alternatif penampungan hunian sementara bakal dibangunkan tenda-tenda keluarga di sekitar kediaman masing-masing.
Oleh karena itu, tenda pengungsian untuk keluarga menjadi salah satu logistik yang paling dibutuhkan untuk saat ini. Terlebih, ratusan titik pengungsian yang tersebar di 15 kecamatan terdampak gempa menjadi salah satu kendala dalam pendistribusian logistik bantuan.
"Tenda-tenda, baik yang besar maupun yang kecil, ukuran 4x6 ataupun 3x4 untuk keluarga, ini masih dibutuhkan banyak. Kami secara bertahap juga terus menambah, tapi tentu saja karena tersebar, ini menjadi permasalahan yang harus dipecahkan," terang dia.
Data BNPB hingga Minggu (27/11) mencatat ada 325 titik pengungsian di Cianjur dan tersebar di 15 kecamatan. Perinciannya, 183 titik pengungsi terpusat dan 142 titik pengungsian mandiri.
Adapun data sementara yang berhasil dihimpun terkait kerugian material, yakni 62.628 rumah mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Terdiri dari 27.434 rumah rusak berat, 13.070 rumah rusak sedang, dan 22.124 rumah rusak ringan.
Untuk infrastruktur publik, tercatat ada 398 bangunan sekolah, 160 unit tempat ibadah, 14 gedung fasilitas kesehatan, dan 16 bangunan perkantoran rusak akibat terdampak gempa. Suharyanto mengatakan, data ini akan terus berkembang seiring pendataan yang dilakukan setiap harinya.
"Untuk rumah dan infrastruktur yang rusak ini tentu saja angkanya akan berkembang. Tadi pagi Pak Bupati sudah melepas tim pendataan gabungan, baik dari unsur pemerintah daerah, TNI-Polri, dan dari perguruan tinggi, untuk mendata rumah yang rusak ringan hingga berat dan seluruh infrastruktur," papar Suharyanto.
Suharyanto menambahkan, penanganan dampak gempa bumi di Cianjur ke depannya akan dikomandoi pemerintah daerah (pemda) sesuai ketentuan bencana daerah. Dalam melaksanakan tugasnya, Bupati Cianjur akan dibantu Komandan Kodim maupun Kapolres atau perangkat lain dari pemda.
"Kami dari pusat tetap akan mendampingi dan memberikan bantuan secara optimal," pungkasnya.