close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pencemaran laut/Pixabay
icon caption
Ilustrasi pencemaran laut/Pixabay
Nasional
Senin, 04 Oktober 2021 13:30

Pemprov DKI: Sampel pencemaran parasetamol tahun 2017-2018

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengambil sampel air laut di kawasan perairan Ancol dan Muara Angke terkait kandungan parasetamol.
swipe

Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil sampel air laut di kawasan perairan Ancol dan Muara Angke. Ini menindaklanjuti hasil riset yang menyatakan terdapat kandungan parasetamol berkonsentrasi cukup tinggi di Teluk Jakarta.

Pengambilan sampel air laut untuk memastikan apakah pencemaran tersebut masih berlangsung saat ini. Dijelaskan oleh Kepala Seksi Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan, sampel riset yang kini ramai jadi pembicaraan publik itu diambil pada tahun 2017-2018.

"Pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui apakah pencemaran masih berlangsung? Kemudian, mengidentifikasi sumber pencemaran, sehingga akan ada langkah yang diambil untuk menghentikan pencemaran itu," ujar Yogi Ikhwan, Senin (4/10).

Yogi menjelaskan, sampel air laut di Ancol dan Muara Angke dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk diuji. Waktu yang dibutuhkan untuk pengujian sampel di laboratorium ini sekitar 14 hari.

Menurut Yogi, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melakukan pemantauan kualitas air laut secara rutin minimal enam bulan sekali berdasarkan 38 parameter yang baku mutunya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Meski demikian, parameter kontaminan jenis Paracetamol tidak diatur secara spesifik di beleid tersebut. "Kami berkomitmen untuk mendalami dan menelusuri sumber pencemarnya dan mengambil langkah untuk menghentikan pencemaran tersebut," tandas dia.

Seperti diberitakan, studi peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan University of Brighton, Inggris, mendeteksi adanya kontaminasi parasetamol yang tinggi di Teluk Jakarta, terutama di muara Sungai Angke dan muara Sungai Ciliwung Ancol dengan kadar masing-masing 610 nanogram/liter dan 420 nanogram/liter. Studi tertuang dalam Marine Pollution Bulletin.

Peneliti LIPI, Zainal Arifin, menduga cemaran parasetamol tersebut kemungkinan berasal dari tiga sumber. Pertama, ekskresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan di masyarakat.

"Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan," kata dia dalam keterangan tertulis.

Dua potensi lainnya berasal dari rumah sakit dan industri farmasi. Ini imbas tidak optimalnya sistem pengelolaan air limbah. "Sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," jelas Zainal.

Parasetamol merupakan salah satu kandungan yang berasal dari produk obat atau farmasi yang banyak dikonsumsi masyarakat secara bebas tanpa resep dokter.

Jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia, konsentrasi parasetamol di pesisir Ibu Kota relatif tinggi dibandingkan di pantai Brasil (34,6 ng/L), pantai utara Portugis (51,2-584 ng/L).

Meski merupakan penelitian awal dan perlu riset lanjutan, peneliti LIPI lainnya, Wulan Koagouw, khawatir tingginya paparan konsentrasi parasetamol berdampak terhadap organisme laut di Teluk Jakarta. "Memiliki potensi yang buruk bagi hewan-hewan laut."

"Hasil penelitian di laboratorium yang kami lakukan menemukan pemaparan parasetamol pada konsentrasi 40 ng/L telah menyebabkan atresia pada kerang betina dan reaksi pembengkakan. Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan terkait potensi bahaya parasetamol atau produk farmasi lainnya pada biota-biota laut," imbuhnya.

img
Fathor Rasi
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan