Panitia penyelenggara Asian Games (Inasgoc) akan melakukan penanganan ekstra atas kuda-kuda atlet yang berlaga. Inasgoc mengandeng Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk penanganan kuda-kuda atlet Asian Games di cabang equistrian.
Penanganan ekstra dilakukan karena kuda-kuda atlet di cabang equistrian disebut rentan terpapar penyakit dan mudah stres. Sebelumnya, penanganan ekstra terhadap kuda tersebut pernah menjadi pembahasan khusus pada rapat persiapan Asian Games antara Wakil Gubernur Sandiaga Uno dengan Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) di Balai Kota Jakarta.
Sandi meminta secara khusus kepada Pordasi, Inasgoc serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait agar berkoordinasi dengan negara-negara peserta cabang equistrian mengenai teknis penjemputan kuda hingga tiba di Pulomas, Jakarta Timur, venue cabang equistrian Asian games digelar.
"Pemilik-pemiliki kuda ini sangat protektif terhadap kudanya. Pasti setelah perjalanan panjang mereka tidak akan membiarkan kuda-kudanya stres," ujar Sandi.
Pordasi pun harus putar otak untuk menjamin kuda-kuda tersebut agar tidak stres seperti yang dikhawatirkan. Wijaya Mithuna Noeradi, Sekjen Pordasi mengatakan, pihaknya akan bertanggungjawab dalam mengatur penerbangan dan perjalanan darat kuda-kuda tersebut.
Hanya saja, persoalannya kata Pordasi yakni harus menyiapkan pesawat dan trailer yang mumpuni untuk mengangkut kuda-kuda tersebut dengan menyewa milik Qatar dengan biaya mencapai US$ 385.000.
"Biaya itu untuk menjemput overtrip ke Eropa, karena memang kebanyakan kuda-kuda tersebut disimpan di Eropa, termasuk atlet Indonesia kudanya disimpan di Jerman," ungkapnya.
Selain penerbangan, Wijaya mengungkapkan, pihaknya juga harus menyiapkan truk trailer khusus untuk menjemput kuda-kuda tersebut setibanya di bandara. Menurutnya, truk trailer yang ada di Jakarta jauh dari kata layak untuk mengangkut kuda-kuda tersebut. Karena itu, pesawat Pordasi juga wajib menyewa truk trailer dari Qatar.
Tidak hanya menjaga ketenangan kuda, perlu dilakukan untuk mengindari asumsi perlakukan tak adil atau tidak sportif yang dilakukan penyelenggara Asian Games di Jakarta. Jadi memang kondisi trailer harus sama, tidak bisa kendaraan yang satu baru yang satu lama, nanti jadi ramai
"Kondisinya mesti universal, kalau tidak timbul kecurigaan pilih-pilih kasih," kata Wijaya.
Steril 10 km
Sementara itu, Pemprov DKI memutuskan untuk membuat zonasi di kawasan Pulomas, Jakarta Timur untuk mengantisipasi penyebaran virus hewan terhadap kuda-kuda cabang equistrian.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertainan (KPKP) DKI Jakarta, Sri Hartati mengatakan, zonasi tersebut dibagi menjadi tiga bagian yakni: core zone, survilance zone dan protec zone.
"Nah delapan sampai 10 kilometer dari core zone itu tidak boleh sama sekali ada kuda lain selain kuda Asian Games," kata Sri kepada Alinea.id.
Selain menerapkan sistem zonasi, dikatakan Sri, pihaknya sejauh ini juga telah menanamkan microchip ke tubuh 302 kuda lokal. Selain untuk pendataan, penanaman chip itu dilakukan untuk menjamin kesehatan kuda yang beraktifitas di survilance zone.
"Kebanyakan dari mereka adalah kuda delman. Mereka boleh beraktifitas di survilance zone tapi tetap dibawah pengawasan kita," ungkapnya.
Langkah antisipasi penularan penyakit kuda terhadap kuda Asian Games belum selesai sampai situ. Sri mengakui pihaknya perlu melakukan penanganan khusus mengingat perhelatan Asian Games bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha yang menambah risiko peularan penyakit ternak seperti anthrax dan rabies.
Menurutnya, ada kemungkinan besar kuda Asian Games yang berada di Pulomas terpapar virus melalui vektor yang berasal dari kotoran-kotoran hewan kurban yang dijajakan di jalan tak jauh dari equistrian.
"Karena kita kita melakukan barier, tidak boleh ada penjualan hewan kurban dalam radius satu kilometer dari Pulomas," tandasnya.